Menikmati Ritme Kehidupan Chiang Rai

Friday, 14 July 17 Saesarez Novandito
Chiang Rai
Foto: Venuemagz/Dito

Wisata di Thailand tidak hanya melulu berpusat di Kota Bangkok yang sibuk. Kali ini, VENUE akan mengajak Anda menyusuri sisi lain Negeri Gajah Putih yang menyuguhkan ritme kehidupan yang santai khas pedesaan. Chiang Rai akan membuat Anda seolah bergeming di tengah derasnya arus waktu.

Nama Chiang Rai boleh jadi masih asing di telinga sebagian wisatawan. Namun, keberadaannya memegang peran penting dalam sejarah Thailand. Pada tahun 1262, ketika Raja Mangrai yang Agung mendirikan Kerajaan Lan Na, ia memusatkan pemerintahannya di Chiang Rai.

Kerajaan Lan Na kala itu menguasai sebagian utara Thailand. Sebagian lainnya hingga jauh ke selatan dikuasai oleh Kerajaan Siam (Sukhothai). Itu sebabnya masyarakat di wilayah utara Thailand memiliki karakteristik budaya yang berbeda, baik dari segi bahasa, aksara, kostum, hingga kesenian.

Kerajaan Lan Na mencapai puncak kejayaan saat Raja Mangrai mendirikan kota baru bernama Chiang Mai, sekitar tahun 1296. Ia kemudian memindahkan pusat pemerintahan dari Chiang Rai ke Chiang Mai. Selanjutnya, Myanmar menaklukkan Chiang Rai dan menjadikannya sebagai wilayah kekuasaannya selama 490 tahun. Pada tahun 1899, Thailand kembali merebut Chiang Rai dari tangan Myanmar dan menetapkannya sebagai provinsi pada tahun 1933.

Meski masa kejayaan Lan Na telah lama berakhir, kepingan sejarahnya masih tersimpan rapi di Mae Fah Luang Art & Cultural Park. Taman berluas 60 hektare itu menampilkan Haw Kham sebagai daya tarik utama. Bangunan bermaterial kayu yang mengusung arsitektur Lan Na kuno itu memiliki sejumlah eksterior bersepuh emas. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bila ia dinamakan dengan ‘haw kham’, yang dalam bahasa setempat bermakna ‘paviliun emas’.

Semerbak aroma dupa dan suasana magis begitu terasa saat pertama kali menginjakkan kaki di Haw Kham. Di dalamnya, terdapat sebuah patung Buddha yang diletakkan di atas pilar kayu. Tempatnya persis di tengah-tengah bangunan, yang menjadikannya jantung bangunan ini. Selain patung Buddha, Haw Kham juga menampilkan artefak peninggalan era Lan Na. Salah satu koleksi artefak yang paling unik di bangunan ini adalah tempat lilin bersusun tujuh, yang merupakan bagian dari altar dalam ritual peribadatan Lan Na.

BACA JUGA:   Secuil Kisah dari Negeri Istana

Bersantai di Kebun Teh

Wisata kebun teh Chiang Rai

Kondisi geografis di dataran tinggi dengan iklim sejuk menjadikan Chiang Rai sebagai kawasan ideal untuk menanam teh. Salah satu yang populer adalah Kebun Teh Choui Fong. Kawasan ini memiliki teh berkualitas dan panorama menawan dengan deretan pohon teh yang berbaris rapi mengikuti kontur bukit.

Apabila tertarik untuk membeli teh, Choui Fong memiliki sebuah toko suvenir yang menjual berbagai macam hasil olahan daun teh, baik berupa daun kering utuh maupun yang sudah dikemas di dalam kantong celup. Namun, jika ingin mencicipinya secara langsung, Anda dapat menyambangi kafe yang menyediakan aneka minuman berbahan dasar teh. Baiknya, secangkir teh hangat dinikmati bersama aneka camilan lokal sambil menikmati hijaunya hamparan kebun teh.

Titik Temu Tiga Negara

Titik temu tiga negara Chiang Rai

Berlibur ke utara Thailand memang belum lengkap jika tidak mendatangi Sop Ruak. Ia adalah titik pertemuan Sungai Mekong dan Nam Ruak yang secara visual menjadi pemisah teritorial antara tiga negara: Thailand, Laos, dan Myanmar.

Dahulu, daerah ini merupakan area yang tidak aman untuk dikunjungi wisatawan, mengingat maraknya kegiatan penyelundupan opium. Namun, kini Sop Ruak adalah surga aneka kerajinan tangan. Tidak hanya dari Thailand, kawasan ini juga menjajakan kerajinan tangan negara tetangga yang merupakan karya penduduk di wilayah perbatasan.

Pemecah Kesunyian Malam

Chiang Rai Night Bazaar

Tidak banyak pilihan kegiatan yang tersedia di Chiang Rai saat petang. Setelah matahari terbenam, Chiang Rai terasa begitu sunyi. Kesemarakan di pusat kota justru baru dimulai saat malam tiba. Dipenuhi turis mancanegara, Chiang Rai Night Bazaar benar-benar terasa hidup dengan suguhan live music dan pementasan tarian tradisional Lan Na.

Di bazar ini, Anda dapat mencicipi kuliner khas Thailand Utara, seperti khao soi. Mi berbahan tepung beras yang digoreng hingga kering itu disajikan dengan siraman kuah kari nan gurih, potongan daging ayam atau sapi, kubis, dan irisan nipis. Sebagai menu penutup, jangan lupa untuk mencicipi es krim dengan potongan mangga atau kelapa di dalamnya.

Chiang Rai Night Bazaar juga menjadi pusat berburu buah tangan. Banyak pedagang yang menjual kerajinan tangan, seperti patung, pahatan, tenun, hingga kaus bertuliskan Chiang Rai. Namun, buah tangan yang wajib Anda bawa pulang dari bazar ini adalah pakaian tradisional Suku Akha dengan motif dan warna mencolok. Sebagaimana berbelanja di pasar tradisional, Anda juga dapat melakukan tawar-menawar di sini.

BACA JUGA:   Tanjung Gunung Menanti Asa Menjadi Kawasan Ekonomi Khusus

Mengawali Hari di Perkebunan

Perkebunan di Chiang Rai

Untuk menikmati sejuknya udara pegunungan, Anda dapat memulai hari di Singha Park. Berada di ketinggian 450 meter dari permukaan laut serta menempati lahan berluas 12,8 kilometer persegi, kawasan ini adalah satu-satunya destinasi agrowisata yang menawarkan beragam fasilitas di Chiang Rai. Tidak hanya perkebunan, ia juga dilengkapi dengan restoran, kafe, hingga atraksi aneka hewan, seperti zebra dan zarafah.

Meski dikelola oleh produsen bir dengan merek serupa, jangan buru-buru mengambil kesimpulan bahwa perkebunan ini menanam jelai (barley), bahan dasar pembuat bir. Sejak dibuka untuk umum pada tahun 2012, sebagian besar lahan di perkebunan ini ditanami aneka bunga, sayuran, buah-buahan, hingga teh.

Untuk menyusuri perkebunan ini, Anda dapat menggunakan mini bus atau menyewa sepeda yang telah disediakan pihak pengelola. Apabila ingin memacu adrenalin, Anda juga dapat mencoba flying fox dari atas bangunan berlantai sembilan yang menaungi sebuah restoran bernama Barn House Pizzeria. Menariknya, untuk mencapai puncak bangunan itu, pihak pengelola menyediakan lift dan wahana panjat dinding. Pengunjung bebas memilih cara mana yang paling sesuai dengan kebutuhan mereka.

Kuil Buddha Kontemporer

Wat Rong Khun di Chiang Rai

Dari sekian banyak obyek wisata di Chiang Rai, Wat Rong Khun kerap menjadi buah bibir di kalangan wisatawan. Kuil Buddha satu ini berbalut warna putih sehingga membedakannya dengan kuil Thailand pada umumnya.

Namun, keunikan kuil ini tidak hanya terletak pada warna. Hampir di setiap sudut Wat Rong Khun terdapat ornamen dengan liukan tajam dan ujung-ujung meruncing layaknya bara api. Tidak perlu heran, karena Chalermchai Kositpipat, seniman di balik desain unik itu, memang merancang kuil ini sebagai perwujudan api neraka.

Untuk menuju bangunan utama (Ubosot), pengunjung diharuskan meniti sebuah jembatan. Uniknya, ada ratusan tangan yang seolah-olah ingin menggapai Anda saat melewatinya. Untuk menghindari tangan-tangan itu, Anda disarankan untuk sedikit berlari. Pengalaman tersebut menggambarkan kebahagiaan yang akan didapatkan manusia setelah melepas keinginan duniawi, seperti nafsu dan ketamakan.

BACA JUGA:   Perayaan Malam Tahun Baru yang Menakjubkan di Dubai

Ubosot merupakan sebuah ruang yang dipenuhi lukisan. Ada dua lukisan Sang Buddha yang tampak melayang di atas teratai dengan latar belakang keemasan. Semuanya terasa wajar pada lukisan itu. Namun, apabila ditelisik lebih jauh, terselip figur-figur familiar di dalamnya. Terdapat beberapa tokoh fenomenal, di antaranya Osama bin Laden, George Bush, hingga karakter film seperti Superman, Harry Potter, dan Doraemon. Entah apa maknanya tetapi lukisan itu membuat kuil ini semakin unik.

Selain area utama, kuil ini juga memiliki ruangan khusus yang dipergunakan untuk memamerkan sejumlah lukisan dan karikatur bertema politik. Keunikan lainnya adalah sebuah toilet super mewah berhiaskan ornamen berwarna keemasan. Filosofinya, untuk mengingatkan pengunjung agar tidak mementingkan materi dan kebendaan. Pada akhirnya, materi tidak akan berguna seperti apa yang berakhir di toilet.

CARA MENCAPAI CHIANG RAI

Penerbangan menuju Chiang Rai dapat diakses melalui Bangkok selama 2,5 jam. Apabila waktu liburan Anda singkat, akses melalui jalan darat (bus atau kombinasi bus dan kereta api) sangat tidak disarankan karena dapat memakan waktu hingga 11 jam.

Transportasi

Di Chiang Rai, transportasi publik, seperti taksi atau bus kota, terbilang terbatas. Agar dapat berwisata dengan lebih leluasa, Anda dapat menyewa kendaraan. Hal ini tentu akan sangat memudahkan apabila destinasi wisata yang ingin dikunjungi terletak berjauhan.

Penginapan

Pilihan penginapan memang lebih banyak terdapat di pusat Kota Chiang Rai. Namun, untuk mendapatkan nuansa alam, Anda dapat bermalam di resor yang berlokasi di tepi Sungai Kok. Beberapa di antaranya adalah LeMeridien Chiang Rai Resort, Dusit Island Resort, River Rai Resort, dan The Legend Chiang Rai Hotel.