Ketika klan Al-Maktoum dari Suku Bani Yas mendiami Dubai pada tahun 1799, kota seluas 4.114 kilometer persegi ini tumbuh menjadi pusat perdagangan mutiara dan hasil laut. Ditopang tiga distrik utama (Deira, Bur Dubai, dan Al Shindagha), kala itu Dubai tercatat sebagai salah satu pelabuhan tersibuk di kawasan Timur Tengah.
Pada tahun 1950, pasca-Depresi Besar yang melanda dunia era ‘30-an, Dubai di bawah kepemimpinan Sheikh Rashid bin Saeed Al Maktoum menjalankan proyek ambisius dengan berfokus pada pengembangan infrastruktur. Sistem ketenagalistrikan, perhotelan, telekomunikasi, bandara, pelabuhan, hingga pengerukan saluran air mulai dibangun. “Investasi” selama tiga dekade itu kemudian terjawab pada tahun 1980 ketika Dubai mendeklarasikan pariwisata sebagai penopang utama perekonomian.
Selama 30 tahun terakhir, Dubai tak sekadar menawarkan wisata mewah, tapi juga tumbuh menjadi raksasa MICE baru di Uni Emirat Arab (UEA). Merujuk laporan MasterCard Global Destination Cities Index, Dubai melesat ke posisi empat sebagai destinasi insentif dan meeting korporat terbaik di dunia.
Pada 2014, jumlah pengunjung Dubai naik 8,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya, menjadi 13,2 juta yang ditopang oleh kegiatan konferensi, entertainment, dan sektor retail.
Dubai Corporation for Tourism and Commerce Marketing (DCTCM) mencatat, Eropa Barat dan negara-negara Teluk lainnya masing-masing menyumbang 22 persen untuk pertumbuhan tersebut, diikuti Asia Selatan sebesar 14 persen dan sisanya diisi Afrika Utara dan negara Timur Tengah lainnya. Dubai menargetkan pertumbuhan kunjungan wisata di angka 7-9 persen per tahun.
Issam AbdulRahim Kazim, CEO Dubai Corporation for Tourism and Commerce Marketing (DCTCM), menuturkan, salah satu upaya DCTCM mencapai target kunjungan wisatawan adalah dengan menggerakkan sektor MICE. “Wisatawan MICE biasanya datang berombongan dengan spending lebih besar dibandingkan turis leisure,” katanya.
Tidak heran kota berpenduduk 2,106 juta jiwa ini agresif mengikuti sejumlah bidding internasional, seperti World Expo 2020 yang terdaftar pada 2 November 2011. Kejelasan sebagai tuan rumah baru didapatkan Dubai pada 27 November 2013, di Paris, Prancis, setelah kota ini mengalahkan Rusia, Turki, dan Brasil melalui pemungutan suara.
Kazim mengatakan, World Expo 2020 akan berkontribusi besar bagi perekonomian Dubai. Tidak hanya mendatangkan 25 juta pengunjung selama enam bulan perhelatannya, event ini juga diproyeksikan menyumbang AED140 miliar atau sekitar Rp528 triliun bagi PDB Dubai. “Dengan total investasi mencapai AED25 miliar (Rp94,4 triliun), kami targetkan bisa membuka 277.000 lapangan pekerjaan baru,” ujarnya.
Kazim menambahkan, ada lima strategi yang dipersiapkan Dubai untuk menyambut World Expo 2020. Pertama, membangun kota terpadu seluas 438 hektare yang menghubungkan pusat konvensi ikonik baru dengan Bandara Internasional Al Maktoum dan Pelabuhan Jebel Ali. Pusat konvensi yang didesain oleh HOK, Populous, dan Arup itu akan memiliki tiga paviliun terpisah yang melambangkan keberlanjutan, kesempatan, dan mobilitas.
“Itu kenapa dinamai Al Wasl yang dalam bahasa lokal berarti ‘terhubung’,” kata Kazim.
Kedua, pengembangan bandar udara untuk mengantisipasi lonjakan penumpang. Tahun lalu, akibat penerapan regulasi Open Skies, sekitar 140 maskapai internasional menjadikan Dubai sebagai hub ke destinasi lain. Dampaknya, Dubai International Airport melayani 70,5 juta penumpang yang membuat Dubai memerlukan bandara baru berskala lebih besar.
Kebutuhan tersebut dijawab Dubai Airport Company selaku operator Bandara Internasional Al Maktoum dengan mengumumkan rencana ekspansi. Berbekal investasi US$32 miliar (Rp441,6 triliun), Bandara Internasional Al Maktoum ditargetkan rampung pada kuartal I 2017. Nantinya, bandara ini akan memiliki 24 boarding gates, tujuh korsel pengambilan bagasi, 104 meja check-in, lima landasan pacu paralel sepanjang 4,5 kilometer, 600 penerbangan per minggu, dan kapasitas mencapai 220 juta penumpang.
Ketiga, mengakselerasi pengembangan energi bersih. Akhir Juli 2015, Dubai Electricity and Water Authority (DEWA) mengumumkan investasi sebesar US$700 juta (Rp9,45 triliun) untuk pengembangan air bersih, ketenagalistrikan, dan proyek energi terbarukan.
Saeed Mohammed Al Tayer, CEO DEWA, mengatakan, pihaknya tengah menggarap proyek pembangkit listrik tenaga surya berkapasitas 1.000 MegaWatt (MW). “Proyek ini ditargetkan rampung pada tahun 2019, di mana 100 MW dari total kapasitas terpasang akan dipasok ke Al Wasl. Rencananya, kami akan melanjutkan proyek ini hingga tahun 2030 hingga pembangkit beroperasi penuh dengan kapasitas 3.000 MW,” imbuh Al Tayer.
Keempat, menggaet wisatawan keluarga melalui taman hiburan. Awal Agustus 2015, Meydan City Corporation mengumumkan rencana pembangunan resor ski dalam ruang terbesar di dunia. Proyek berjuluk Meydan One itu rencananya akan berdiri di atas area seluas 340.954 meter persegi dengan panjang lintasan mencapai 1,2 kilometer. Terintegrasi dengan resor ski, Meydan City Corporation juga akan membangun hunian setinggi 711 meter, 350 kamar hotel, dan pusat perbelanjaan.
Pada Oktober 2016, Dubai juga mengoperasikan Dubai Parks and Resorts seluas 2,3 juta meter persegi di kawasan Palm Jebel Ali. Wahana permainan terpadu yang terdiri dari Legoland, Bollywood Parks, dan Motiongate tersebut ditargetkan menggaet 5,5 juta wisatawan pada tahun pertama pengoperasiannya dengan pendapatan mencapai US$5 miliar (Rp67,29 triliun) per tahun.
Kelima, menjadikan Dubai sebagai smart city dengan mengoperasikan Smart Palm yang merupakan stasiun pengisian ulang di mana listrik dihasilkan melalui panel surya. Selain menjadi sumber listrik, “pohon” ini juga memancarkan koneksi Internet yang tersedia secara gratis. Menurut Hussain Lootah, Director General Kota Dubai, pihaknya menginvestasikan AED100 juta (Rp370 miliar) untuk menanam 103 Smart Palm di sejumlah taman kota dan pantai.
“Stasiun ini juga menampilkan panduan peraturan di pantai, sejumlah petunjuk praktis, tips, dan kondisi terkini kondisi laut. Harapannya, beachgoers tetap nyaman selama berkegiatan di pantai,” kata Lootah.
Paket Wisata Lengkap
Dubai merupakan salah satu destinasi yang menawarkan paket wisata lengkap kepada wisatawan. Kota ini memiliki dua “wajah” yang tak hanya menawarkan wisata mewah, tapi juga sejarah dan budaya. Untuk wisata mewah, cobalah menjelajahi Burj Khalifa yang menyajikan pemandangan cityscape Dubai dari ketinggian. Waktu terbaik mengunjungi gedung setinggi 829,8 meter ini antara pukul 17.00 hingga 19.00, di mana pengunjung dapat menyaksikan matahari tenggelam di balik punggung gedung pencakar langit.
Atau, wisatawan dapat mencicipi pusat Kota Dubai dari ketinggian 1.500 kaki dengan menggunakan Cessna 208 Caravan milik Seawings. Pesawat bermesin single turboprop berkapasitas sembilan penumpang itu memiliki jendela selebar 35 sentimeter yang dapat digunakan sebagai media pandang.
Tur seaplane dilakukan selama 40 menit dengan harga mulai dari US$407 (Rp5,6 juta) per orang. Memang bukan harga yang murah, tapi wisatawan akan dimanjakan dengan pesona Palm Jumeirah, Burj Al Arab, Dubai Downtown, dan The Creek dari ketinggian.
Sementara itu, sejarah dan budaya Dubai dapat ditelusuri dari Bur Dubai (Kota Tua) yang menawarkan Benteng Al Fahidi yang kini bernama Dubai Museum. Attia. Sh. Mohamed, tour guide DCTCM, mengatakan, pada tahun 1991 pemerintah setempat merenovasi 185 bangunan tua di kawasan ini dan mendaftarkannya sebagai Kawasan Cagar Budaya ke Unesco.
“Dengan sejumlah perbaikan, wisatawan diharapkan bisa menemukan sisi lain Dubai. Kota ini tidak hanya dilengkapi teknologi modern, tapi juga sejarah, budaya Emirati, dan situs berusia 5.000 tahun,” tutur Mohamed.
Dari Bur Dubai, wisatawan dapat menyeberang ke Deira menggunakan perahu kayu tradisional bernama Abra seharga AED1 (Rp3.700) per orang. Waktu penyeberangan hanya 10 menit sebelum wisatawan diarahkan ke Jalan Baniyas, di mana Dubai Spice Souk berada. Sesuai namanya, pasar ini dipenuhi aneka rempah, seperti sumac, zaatar, kayu manis, cengkih, kunyit, dan bumbu aromatik lain.
Jangan berhenti di Spice Souk, sebab kawasan ini masih memiliki Gold Souk. Pasar satu ini merupakan rumah bagi puluhan toko yang menjual perhiasan emas. Uniknya, sebagian besar pedagang emas di sini berasal dari India. Untuk mendapatkan harga terbaik, bersiaplah untuk melakukan tawar-menawar.
Penulis: Siska Maria
KOMENTAR
0