BBTF 2018 Dibuka, Kualitas Penyelenggaraan dan Target Transaksi Meningkat

Thursday, 28 June 18 Venue
BBTF 2018

Menginjak tahun ke-5 penyelenggaraan Bali Beyond and Travel Fair (BBTF) 2018, yang dibuka secara resmi pada 27 Juni 2018, dimulai dengan sejumlah peningkatan cukup signifikan di beberapa sisi, termasuk sistem penyelenggaraan, jumlah buyer, seller, serta keragaman provinsi dan negara yang hadir.

Dari sisi jumlah buyer meningkat hingga 60 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun ini, BBTF menghadirkan 320 buyer dari 41 negara dan 68 trade buyers yang terdiri dari pembeli domestik yang dihadirkan Garuda Indonesia dan 5 trade buyers.

Perhelatan BBTF 2018 yang dimulai dari 26 hingga 30 Juni 2018 di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC) dan mengambil tema “Exploring The Colours of Indonesia“. BBTF 2018 meningkatkan jumlah target transaksi bisnis hingga Rp7,71 triliun. Sementara tahun lalu target dicapai Rp5 triliun. Peningkatan target transaksi yang cukup signifikan ini dengan mempertimbangkan para buyer yang hadir kali ini terbilang potensial untuk membawa turis ke Indonesia.

Hal itu disampaikan oleh Ketua Penyelenggara BBTF 2018, I Ketut Ardana, saat jumpa pers dengan para wartawan yang hadir, baik wartawan lokal, nasional, maupun internasional pada 27 Juni 2018 lalu.

Sementara itu untuk tahun ini penyelenggara menghadirkan 241 sellers, termasuk dari tiga negara yang baru kali pertama ikut, yakni Thailand, Vietnam, dan Uni Emirat Arab. “Bergabungnya tiga negara baru sebagai seller itu menandakan BBTF menjadi salah satu tujuan bagi pelaku pariwisata internasional untuk mempromosikan potensinya, seperti halnya dengan ajang pameran internasional lainnya,” ujar Ketut Ardana.

BACA JUGA:   Job Fair Untuk Industri Digital Perdana Digelar

Ketut Ardana menambahkan, dengan mengikuti BBTF, banyak keuntungan yang bisa didapat dari sejumlah provinsi dan sejumlah industri pariwisata yang hadir karena bisa bertemu banyak industri dari berbagai daerah yang akan membantu mereka membuat produk lebih banyak dan mengemas paket baru.

Ardana mengaku optimistis peningkatan dari beberapa sisi pada penyelenggaraan BBTF dari tahun ke tahun sejak dimulainya perhelatan perdana.

Senada dengan Ardana, I Gede Ardika, mantan Menteri Pariwisata, yang turut hadir dalam acara pembukaan dan selalu mengamati perkembangan BBTF, mengatakan, jika melihat perkembangan yang ada ia cukup optimistis ke depannya BBTF mampu diperhitungkan oleh industri pariwisata regional, bahkan tak menutup kemungkinan akan bisa mendunia dan mengejar ketinggalan dari travel fair kelas dunia lainnya.

BBTF hingga saat ini sudah mulai diperhitungkan sebagai Pameran Perjalanan dan Wisata Internasional terkemuka di Indonesia dan secara konsisten terus mendapatkan dukungan dari Kementerian Pariwisata sejak tahun pertama.

Dari sisi sistem penyelenggaraan acara, BBTF juga mempertimbangkan industri pariwisata digital dengan tren teknologi yang berkembang sangat pesat saat ini. Hal ini diyakini akan memberikan pengaruh besar dalam dunia pariwisata Indonesia di waktu mendatang.

Dalam usaha mengikuti kecepatan perkembangan era digital saat ini, BBTF bekerja sama dengan Indonomo menggunakan sistem pendaftaran, database, dan absensi berbasis Cloud bertujuan agar semua peserta baik buyers dan sellers dapat melakukan transaksi bisnis sesuai dengan jadwal masing-masing. Dari laporan akhir pada sistem inilah yang diharapkan bisa membantu BBTF dalam menyaring dan menentukan market segment tahun mendatang, sehingga dapat dipastikan penyelenggaraan BBTF tahun 2019 akan semakin lebih teratur secara sistematis dan sangat canggih.

BACA JUGA:   Buyer Naik 60%, Transaksi BBTF 2018 Capai Rp7 Triliun

BBTF yang mempertemukan sellers dan buyers dalam satu forum dan dimotori oleh ASITA Bali yang menginjak 5 tahun penyelenggaraan diharapkan menjadi wadah bagi daerah lain di Indonesia untuk berpromosi sehingga destinasi potensial Tanah Air bisa diperluas.

Pada penyelenggaraan tahun ini, Asita menggandeng Pemerintah Kabupaten Badung, yang turut memberikan dukungan anggaran penyelenggaraan dan promosi sebesar Rp7 miliar. Sejak diselenggarakan tahun 2014, BBTF bertujuan memajukan industri pariwisata melalui sesi bisnis dan promosi langsung, menjadikan ajang tahunan itu sebuah patokan bagi acara perjalanan, pariwisata serta tujuan wisata di Indonesia. BBTF mewakili spektrum pariwisata termasuk sektor perhotelan, operator tur atau agen perjalanan, organisasi pariwisata nasional, konvensi dan biro perjalanan.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Sumberdaya Pariwisata Kemenpar Prof. I Gede Pitana, MSc. Mengatakan, pertumbuhan pariwisata di Indonesia tercatat sebagai salah satu yang terbaik dan di antara 20 tujuan wisata di dunia yang paling cepat berkembang yang berarti tingkat pertumbuhan bangsa adalah setara dengan standar global.

Pariwisata telah ditetapkan sebagai sektor terkemuka bangsa, tercantum dalam prioritas rencana kerja pemerintah tahun 2018 untuk sektor Pertanian, Pariwisata dan Perikanan.

BACA JUGA:   Indonesia Sharia Economic Festival dan Halal Expo Indonesia Digelar Bersamaan

Indonesia diharapkan menjadi pemain global dengan mengekspos kekayaan alam yang tak tersentuh, seni budaya dan tradisi di seluruh negeri. Pemerintah menargetkan 4 tujuan wisata, yaitu Danau Toba, Borobudur, Mandalika dan Labuan Bajo untuk mengakomodasi tren baru pariwisata nomaden, ekowisata serta mengembangkan 10 tujuan wisata Bali Baru yang diharapkan akan setara dengan Bali dalam menarik wisatawan asing. BBTF mempertemukan sellers dan buyers dalam satu forum dan membawa sellers dan buyers bersama dalam satu wadah dalam acara bergengsi ini setiap tahunnya.

BBTF merupakan acara tahunan dengan tujuan untuk mendirikan sebuah patokan bagi acara-acara perjalanan & pariwisata dan tujuan-tujuan wisata di Indonesia. Didukung oleh Kementerian Pariwisata Indonesia, BBTF mengadakan acara B2B yang bertujuan untuk memajukan industri pariwisata melalui sesi bisnis dan promosi langsung praktik terbaik dalam MICE dan manajemen Leisure.

Bersama-sama dengan sellers dan buyers dari berbagai negara di seluruh dunia, BBTF memfasilitasi Pre-Schedule Appointment (PSA) dan sesi bisnis untuk buyers dan sellers untuk bernegosiasi untuk durasi jangka panjang dan kebutuhan perjalanan perusahaan.

Penulis: Nurdin Al Fahmi