Belajar Sustainable Event & MICE Melalui Diplomasi Budaya dari Samsara Bali

Friday, 26 November 21 Nila Sofianty

Kreativitas menjadi hal yang sangat penting dalam membangun destinasi. Apa pun itu ketika ada sentuhan kreativitas, sesuatu yang sebelumnya dipandang sulit untuk dikembangkan, bukan hal yang tidak mungkin akan menghasilkan hal produktif.

Hal itu dikatakan oleh Ida Bagus Agung Gunarthawa, Wakil Ketua Bali Tourism Board, Deputy Pemasaran ICCN sekaligus Co-Founder Samsara Living Museum dalam acara Road to AVPN Conference & International Events 2022: Creative, Agile and Adaptive to The New Paradigm of Tourism and Creative Economy di Bali Nusa Dua Convention Center, 25 November 2021.

“Kreativitas menjadi hal yang sangat penting dalam menciptakan sebuah destinasi yang berkelanjutan. Ada 3 dasar agar destinasi menjadi sustainable atau berkelanjutan, yaitu mencakup lingkungan, sosial budaya, dan ekonomi,” ujar Gus Agung dalam Plenary Meeting berjudul “Sustainable Events & MICE through Cultural Diplomacy”.

BACA JUGA:   Roemah Koffie Promosikan Kopi Lokal Unggulan di SIAL Interfood 2024

Dan sisi edukasi termasuk di dalamnya edukasi/literasi, konservasi dan preservasi; sisi sosial budaya di dalamnya ada inovasi budaya, learning center, hiburan, dan playground. “Sedangkan sisi ekonomi adalah tujuan wisata, pengembangan aktivitas, fasilitas dan produk,” ujarnya dalam sesi yang dipandu oleh moderator Yoke Darmawan.

Ia mencontohkan Samsara Living Museum, yaitu museum unik yang menawarkan wisata edukasi dan spiritual dalam satu tempat. Diceritakan oleh Gus Agung bahwa Samsara merupakan permodelan pengembangan potensi (event dan MICE) berbasis budaya dan berkelanjutan.

Dijelaskannya juga bahwa Samsara menjadi contoh bahwa lokasi “sekering” apa pun dan di mana pun berada akan bisa menjadi sebuah destinasi yang bagus jika diberi sentuhan kreativitas dan originalitas serta inovasi maka akan tercipta sebuah destinasi menarik yang bisa diandalkan.

BACA JUGA:   Beli Produk di IIMS 2017 Secara Online

Samsara berada di daerah terpencil dan tidak dilewati oleh akses perekonomian, namun Samsara merupakan lingkaran kehidupan orang Bali yang mencakup banyak dimensi nilai yaitu inovasi budaya hiburan, tujuan wisata, learning center, playground, edukasi, konservasi, dan preservasi.

“Aktivitas yang kami lakukan berbasis pada rantai nilai yang disegmentasi kemudian berdasarkan prinsip-prinsip sustainability,” tuturnya.

Dalam cakupan berbasis lingkungan, Samsara melakukan penggalian, pendataan, pengaplikasian literasi yang diambil dari manuscript/lontar, narasumber maupun survei lapangan.

Di Samsara juga dilakukan pengoleksian, penanaman, dan pembuatan katalog tanaman upara (sudah terkoleksi lebih dari 150 jenis tanaman langka).

BACA JUGA:   IIMS 2025 Jadi Rumah Komunitas Otomotif untuk Berkarya

Selain itu juga dilakukan perayaan tradisi apresiasi tentang lingkungan dan pembuatan permodelan-permodelan seperti penggunaan bahan-bahan ramah lingkungan.

Selain itu Samsara juga menginisiasi dan memfasilitasi berbagai sharing, workshop, seminar sampai festival cultural vilage. Samsara juga membangun platform untuk digitalisasi potensi desa (E-desa).

Dijelaskan juga oleh Gus Agung, sebuah destinasi yang berkelanjutan harusnya terbangun juga sebuah ekosistem yang kuat sehingga mampu menggerakkan seluruh simpul ekonomi masyarakat, seperti berkolaborasinya budayawan petani, perajin, pedagang, tukang, seniman, dan homestay.