Penyelenggaraan MICE Discovery kembali digelar oleh Mahasiswa Diploma IV Departemen Usaha Perjalanan Wisata Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti. Memasuki tahun kesembilan penyelenggaraannya, MICE Discovery digelar secara virtual pada tanggal 11 Desember 2021.
The 9th MICE Discovery mengangkat tema “OptiMICE: Breaking Through The Survival Mode” dengan menghadirkan dua pembicaraan di dalamnya. Beberapa topik yang dibahas para pembicara mengenai kunci sukses pengelolaan acara MICE yang diselenggarakan secara hybrid, online, dan offline.
Dian Putra Purnomo selaku Event Director of ICAN Network, Ketua Tim Komunikasi dan Publikasi Pusat Pengembangan Pemuda dan Olahraga Nasional, mengatakan bahwa dunia MICE mengalami sebuah perubahan ketika pandemi Covid-19 mulai menyerang dunia. Pada awal pandemi, kegiatan MICE yang biasanya dilakukan dengan tatap muka, harus dialihkan secara virtual untuk menghindari penyebaran virus Covid-19.
“Industri MICE ini bisa dibilang kacau balau karena sangat terdampak pandemi. Pada akhirnya, industri MICE harus beradaptasi dan tidak boleh menyerah dengan melakukan improvisasi di dalamnya,” jelasnya saat menjadi pembicara di The 9th MICE Discovery.
Menurut Dian, salah satu bentuk adaptasi industri MICE di tengah pandemi adalah dengan munculnya solusi virtual dan hybrid. Pelaku industri MICE dituntut untuk menguasai teknik dan seni digital agar dapat menciptakan pengalaman hibrida menarik dan bermanfaat bagi para pelanggannya.
“Perkembangan seperti ini memang menjadi tantangan tersendiri bagi industri MICE. Namun, dibalik tantangan tersebut ada peluang yang dapat diambil sehingga kita semua tidak boleh mengurangi semangat dalam berkarya,” ucapnya lagi.
Meskipun acara virtual tengah menjadi primadona saat pandemi, kegiatan tatap muka masih ditunggu kehadirannya oleh banyak orang. Bahkan, beberapa kegiatan tatap muka sudah mulai dilakukan seiring dengan menurunnya kasus Covid-19 di Indonesia.
“Acara tatap muka sudah mulai bisa diselenggarakan jika benar-benar penting dan tidak berlangsung lama. Penyelenggara acara baik dari pemerintah, perusahaan, hingga kampus akan melakukan kegiatan tatap muka dengan batasan-batasan yang sudah ditentukan,” katanya.
Selain terbatas, kegiatan tatap muka juga harus mematuhi protokol kesehatan yang berlaku agar tidak terjadi penyebaran virus Covid-19 di area acara. Dengan adanya protokol kesehatan tersebut, pihak penyelenggara maupun peserta harus mengeluarkan biaya lebih besar untuk sebuah acara tatap muka.
“Ketika melakukan perjalanan, seseorang harus melakukan tes swab untuk memastikan bebas dari Covid-19. Kemudian, harga ruangan acara juga akan lebih mahal karena ada pembatasan kapasitas di dalamnya. Pada akhirnya, acara tatap muka itu akan menjadi mahal dan eksklusif,” jelas Dian.
Dian memprediksi kondisi tersebut akan terus berlangsung pada dua hingga tiga tahun mendatang mengikuti kasus Covid-19 di seluruh dunia. Maka dari itu, acara hybrid akan menjadi favorit banyak orang saat ini karena mampu menghadirkan offline dan online secara bersamaan.
“Dengan hibrida, tujuan dan manfaat acara bisa diterima oleh peserta yang hadir secara langsung dan tambahan cakupan manfaat lebih luar melalui virtual,” dia menambahkan.
KOMENTAR
0