Tantangan dan Strategi Penerapan Jurnalisme Keberagaman

Friday, 25 August 23 Bayu Hari
workshop Wartawan 2023

Dalam Workshop Wartawan 2023 yang diselenggarakan pada 23 Agustus 2023, Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika, Usman Kansong, menegaskan pentingnya jurnalisme keberagaman sebagai alat yang kuat untuk membentuk masyarakat inklusif dan menghindari label negara gagal bagi Indonesia.

Pada kesempatan tersebut ia juga menjelaskan tentang pentingnya keberagaman, kesetaraan, dan inklusi dalam dunia jurnalisme serta dampak dan tantangan yang terkait. Ia menjelaskan bahwa keberagaman merujuk pada beragamnya latar belakang etnis, ras, gender, usia, ideologi, dan sosial-ekonomi di dalam redaksi berita. Kesetaraan berarti memastikan akses yang sama terhadap sumber daya dan mengatasi hambatan sistemik yang mendiskriminasi. Inklusi mengacu pada menciptakan budaya di mana setiap individu merasa dihargai, dihormati, dan terlibat tanpa memandang perbedaan.

BACA JUGA:   Wonderful Indonesia Ambassador Gaet Artis Cina

“Tim yang beragam menghasilkan pengambilan keputusan yang lebih beragam dan jurnalisme yang lebih baik. Budaya kerja yang inklusif meningkatkan semangat tim dan menguatkan rasa memiliki,” katanya. 

Usman mengidentifikasi beberapa tantangan yang mungkin dihadapi dalam menerapkan jurnalisme keberagaman. Ini termasuk ideologi media massa, pertimbangan pasar dan audiens, serta kekurangan pemahaman jurnalis terhadap aspek-aspek keberagaman.

BACA JUGA:   Andong Online Hadir di Yogyakarta

Ia juga memberikan sejumlah strategi sukses dalam menerapkan jurnalisme keberagaman dalam newsroom. Pertama, mengutamakan keberagaman sebagai prioritas strategis dan mengintegrasikannya dalam setiap aspek redaksi berita. Kedua, mengurangi bias dalam pemilihan kandidat dengan praktik rekrutmen yang adil dan inklusif.

Ketiga melakukan pembelajaran berkesinambungan, menyediakan pelatihan reguler untuk mengembangkan pemahaman terhadap prinsip keberagaman. Keempat, menetapkan tujuan konkret dan mengukur kemajuan dalam penerapannya. Kelima, menciptakan kebijakan yang mendukung budaya kesetaraan dan inklusi.

BACA JUGA:   Gyeonggi Tawarkan Destinasi Wisata Insentif


Sementara itu, ia juga menekankan peran jurnalis sebagai agen perubahan melalui berbagai praktik, termasuk berpihak pada keragaman, empati pada korban, sensitif terhadap gender, mengedepankan hak asasi manusia, dan mempromosikan perspektif damai dalam jurnalisme.