Besarnya sumbangan pendapatan dari industri pariwisata terhadap pendapatan nasional merupakan kedua terbesar setelah industri kelapa sawit. Bahkan, sejak tahun 2016 sudah mengalahkan pemasukan dari migas (minyak dan gas bumi), dan pada tahun 2018 termasuk menjadi leading sector bersama industri pertanian dan perikanan.
Peluang terbesar peningkatan industri pariwisata saat ini adalah dari peningkatan pasar Asia, khususnya pasar China, India, Jepang dan Korea, serta pengembangan ekowisata dan pada usaha meningkatkan kedatangan wisatawan MICE yang lebih berkualitas dibanding wisatawan leisure. Wisatawan MICE yang terdiri dari pemerintah, korporasi swasta, asosiasi, dan perguruan tinggi sudah semestinya target dari promosinya menjangkau mereka.
Sedarno, S.E., M.Si, dosen Program Studi MICE Politeknik Negeri Jakarta, mengatakan, tantangan pengembangan MICE di era Revolusi Industri 4.0 adalah artificial intelligence (kecerdasan buatan), internet of things (aplikasi berbasis internet), mesin cetak tiga dimensi, teknologi robotik, dan kendaraan tanpa pengemudi (otonom).
Menurut Sedarno, pelaku industri MICE harus cepat untuk mengantisipasi perubahan yang terjadi. Jika tidak bergerak cepat, akan tertinggal, bahkan besar kemungkinan tidak dapat bersaing. Menurut Sudarno, terdapat sembilan faktor yang termasuk dalam strategi pengembangan MICE, yaitu:
- Penguatan Kelembagaan MICE
- Peningkatan Aksesibilitas
- Peningkatan Infrastruktur
- Pengembangan SDM dan Peningkatan Kualitas Pelayanan
- Penggunaan Teknologi dan Pengembangan Konsep Sustainability dalam menyelenggarakan Kegiatan MICE
- Penjaminan Safety & Security
- Penguatan Riset dan Statistik
- Membangun Citra Destinasi
- Menjaga dan Mempertahankan Keberagaman Alam dan Budaya Daya Tarik Destinasi
Dari sembilan faktor tadi, permasalahan SDM menjadi paling penting karena pemerintah perlu lebih memerhatikan lagi terciptanya SDM yang kompetitif serta memperoleh pengakuan kompetensi baik secara nasional maupun internasional.
KOMENTAR
0