Perputaran rupiah di bisnis supplier event terbilang besar, nilai ditengarai nilainya mencapai triliunan rupiah. Dari total anggaran biaya penyelenggaraan acara, sekitar 30-50 persennya mengalir ke supplier event.
Ketika bicara tentang bisnis penyelenggaraan acara, setidaknya ada tiga pemain utama yang terlibat di dalamnya, yaitu organizer, venue atau tempat acara, dan supplier event. Ketiganya menikmati berkah dari maraknya perputaran rupiah dari penyelenggaraan acara.
Di antara ketiga pemain utama itu, hirarki supplier event dalam konstelasi bisnis penyelenggaraan acara mungkin berada paling bontot, dan tak banyak diketahui awam. Padahal, perannya terbilang vital dalam mensukseskan sebuah kegiatan. Pelbagai kebutuhan organizer mulai dari kursi, florist, AC, genset, sound system, rigging, lighting, LED, tenda, hingga toilet portabel disediakan oleh supplier event.
“Di strata bisnis event, supplier itu berada di paling bawah. Tapi yang membiayai event itu sebenarnya kita karena pembayarannya setelah event. Organizer dibayar, mereka baru bayar ke vendor,” kata Ichwan Sofyan, pekerja di bidang event.
Ironisnya, masih ada saja organizer yang tega menawar harga yang sudah disepakati di awal. Padahal, acara sudah selesai dan organizer pun sudah mendapat bayaran. “Itu sering kejadian. Sudah bayarnya lama, minta dikurangi lagi,” katanya.
Hal itu terjadi karena sebagian besar perusahaan supplier event masih menjalankan berbisnisnya berlandaskan asas kepercayaan. Tanpa perjanjian kerjasama dan uang muka, mereka berani mengambil resiko untuk menjalankan sebuah proyek acara.
Pola seperti itu tentu tak sehat dan kerap merugikan perusahaan supplier event. Industri Event Indonesia (IVENDO) dan komunitas Rental Indonesia tengah berupaya mengedukasi anggota dan menyusun sistem bisnis yang lebih sehat.
“Tujuan kita melindungi teman-teman dari organizer nakal. Kita dan organizer saling bersinergi. Kita tak bisa hidup tanpa EO, dan EO juga butuh jasa kita. Tapi, kita tidak mau sampai ditekan harganya,” kata Rysad Fauzie, Ketua Umum Komunitas Rental Indonesia.
Persaingan Harga
Bicara perihal persaingan harga, itu memang terjadi di semua lini bisnis, tak terkecuali di bidang supplier event. Lantaran persaingan ketat, banyak yang melakukan banting harga untuk mendapatkan klien.
“Itu sebenarnya tidak tepat. Untuk jangka pendek mungkin bisa bertahan, tapi tidak untuk jangka panjang. Kalau bermain di angka yang tidak wajar, itu membuat bisnis dia dan keseluruhan menjadi tidak sehat. Tinggal menunggu waktu tutup,” kata Mulkan Kamaludin, Ketua Umum IVENDO, yang juga berpengalaman lebih dari 20 tahun di bisnis supplier event.
Lebih lanjut ia menjelaskan, untuk mendapatkan harga sewa yang wajar itu ada perhitungannya. Misalnya, memperhitungan biaya perawatan, depresiasi, biaya marketing, utilities, biaya operasional, dan juga sumber daya manusia.
Menurut Mulkan, banyak komponen yang banyak belum dipahami oleh teman-teman supplier. Dan itu menjadi pekerjaan rumah untuk mengedukasi anggota agar bisnisnya dapat berkelanjutan.
“Sudah terbukti, mereka yang mengandalkan harga murah, itu sudah tidak ada, sudah hilang dari bisnis ini. Sebaliknya, yang memberikan harga yang matang, masih bertahan hingga kini,” kata Mulkan.
Banting harga memang bukan solusi berkelit untuk menghadapi persaingan yang kian kompetitif. Selain harga, klien tentu juga akan melihat produk dan pelayan yang diberikan. Seperti kualitas kerja, delivery time, kedisiplinan, komitmen, hingga memperhatikan aspek klien.
“Bicara harga itu seksi dan sensi. Harga itu ada segmennya. Kayak handphone saja, kan harganya beda-beda karena segmen pasarnya berbeda. Terpenting bisa memberikan pelayanan atau barang sesuai yang dibayar oleh klien,” katanya.
Selengkapnya baca Majalah VENUE edisi Jun-Juli 2023. Referensi MICE Indonesia.
KOMENTAR
0