Di era yang serba memanfaatkan jaringan internet, informasi tersebar dengan cepat melalui medium perangkat komunikasi seperti ponsel pintar dan media sosial. Di antara informasi tersebut, ada hoaks atau berita palsu yang begitu mudah menyebar di masyarakat.
Menurut Fibra Trias Amukti, Editor in Chief Mommies Daily, hoaks merupakan informasi bohong yang memiliki tujuan membentuk opini yang salah, menipu, menghasut, menyakiti, bersifat provokasi dan memecah belah dan menimbulkan keresahan bagi yang membaca maupun mendengarnya.
“Hoaks dapat dikenali ciri-cirinya seperti sumbernya tidak jelas, memunculkan kebencian, dan cenderung tidak netral,” ujar dia dalam webinar Literasi Digital wilayah Kota Bogor, Jawa Barat I, pada Selasa (19/10/2021).
Hoaks, menurut Fibra, biasanya memanfaatkan fanatisme terhadap agama, memiliki judul headline yang provokatif, minta untuk disebarkan dan diviralkan, serta sering memanipulasi foto serta keterangan. Bahaya hoaks tak bisa diabaikan, bahkan bisa memengaruhi kesehatan mental seseorang dengan menimbulkan cemas, panik berlebihan, stres, takut luar biasa, dan mudah marah.
“Bagi kesehatan fisik, hoaks bisa membuat sulit tidur, malas beraktivitas dan membuat susah berkonsentrasi. Di masyarakat hoaks juga menimbulkan relasi sosial yang tidak baik, bisa berupa saling ejek, saling debat, saling benci dan menimbulkan konflik serta perpecahan,” ujar Fibra.
Selain itu hoaks sangat berbahaya dan dapat memecah belah masyarakat. “Sehingga perlu adanya pemahaman untuk mengenal ciri-ciri hoaks,” kata Fibra.
Dia mengatakan, setiap orang mungkin bisa menjadi penyebar hoaks maka setiap orang haruslah menjadi pembaca cerdas dengan membaca keseluruhan artikel, mengecek kembali siapa penulisnya, mengecek situsnya, mengecek nara sumber yang dikutip dalam tulisan, mengecek keaslian foto, dan cari berita pembanding.
Tiap individu juga perlu mengedukasi diri sendiri dan orang terdekat terkait hoaks. Selain itu beri tahu bahwa ada ancaman pidana dari penyebaran hoaks.
“Sejak masih anak-anak orangtua bisa memutus rantai generasi hoaks dengan melatih anak berpikir lebih kritis dan biasakan anak untuk memahami pesan dari berita yang dibacanya. Orangtua pun bisa bekerja sama dengan pihak sekolah terkait edukasi hoaks,” kata Fibra.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, dan tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan empat pilar utama, yaitu Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).
KOMENTAR
0