Empat Syarat Diakui Menjadi Wisatawan Nusantara

Wednesday, 06 March 24 Harry
Wisatawan menikmati fasilitas di Mola-Mola Resort, Lombok.

Sepanjang tahun 2023, pergerakan wisatawan nusantara mencapai angka 850 juta, meningkat signifikan dari jumlah wisatawan nusantara pada tahun 2022 yang mencapai 734 juta. Pada tahun 2024, pemerintah menetapkan target batas bawah pergerakan wisatawan nusantara sebesar 1,25 miliar dan target batas atas 1,5 miliar wisnus.

Dwi Marhen Yono, Direktur Pemasaran Pariwisata Nusantara Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, mengatakan, seandainya saja pada 2024 tercapai 1 miliar pergerakan wisnus dengan pengeluaran rata-rata Rp2 juta, berarti akan ada sekitar Rp2.000 triliun uang yang berputar di sektor parekraf (pariwisata dan ekonomi kreatif) dalam setahun.

“Uang tersebut akan menafkahi hampir 50 juta penduduk yang bekerja di sektor parekraf, dan menjadi obat untuk memulihkan sektor pariwisata,” ujar Marhen saat pembukaan Astindo Travel Fair 2024 di ICE BSD, 1 Maret 2024.

BACA JUGA:   Harga Tiket Pesawat Mahal, Kemenparekraf Lakukan Dua Pendekatan Ini

Untuk mencapai target tersebut, Marhen mengungkapkan, ada 4 syarat yang diakui BPS (Badan Pusat Statistik) untuk menghitung pergerakan wisata berdasarkan sistem mobile positioning data. Syarat pertama adalah orang tersebut harus melakukan perjalanan minimal lintas-kabupaten untuk dihitung menjadi pergerakan wisatawan.

Syarat kedua adalah minimal lama tinggalnya 6 jam di destinasi tujuan. Syarat ketiga adalah harus pulang dulu ke kota atau kabupaten asal, baru bisa dihitung 1 perjalanan.

BACA JUGA:   Kemenparekraf Dorong Wisata Sungai di Banjarmasin

“Jadi misalnya kalau dari Jakarta pergi ke Bali, lalu dari Bali lanjut ke Sulawesi, terus lanjut ke Kalimantan, kemudian baru pulang ke Jakarta, itu semua hanya dihitung 1 kali perjalanan,” ujar Marhen.

Syarat terakhir adalah tidak melakukan perjalanan lintas-kabupaten lebih dari 4 kali dalam sebulan. Kalau lebih dari 4 kali maka orang tersebut dianggap komuter.

Pauline Suharno, Ketua Umum Astindo, menambahkan, pergerakan wisatawan nusantara, terutama dari Jakarta, sangat terbantu dengan hadirnya kereta cepat Whoosh. Menurutnya, banyak masyarakat yang ingin mencoba kereta cepat ke Bandung. Bahkan, banyak juga wisatawan dari negara tetangga yang ingin mencobanya karena hanya Indonesia yang baru memiliki kereta cepat di Asia Tenggara.

BACA JUGA:   Turis di Langkawi Akan Dikenakan Pajak

“Whoosh juga membantu mempromosikan Jakarta sebagai destinasi pariwisata. Di Jawa Barat saja sudah meningkat permintaan sewa mobil karena mereka yang tadinya ke Bandung bawa mobil, tapi karena naik Whoosh jadi mereka sewa mobil di sana,” ujar Pauline.