Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menggelar pertemuan bisnis untuk memperkuat rantai pasok industri pariwisata dan ekonomi kreatif di Destinasi Pariwisata Super Prioritas Mandalika, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Pertemuan ini memiliki tujuan utama untuk mendorong kebangkitan perekonomian nasional khususnya di tengah pandemi Covid-19.
Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenparekraf, Fadjar Hutomo, mengatakan bahwa rantai pasok industri parekraf diperlukan untuk membangun dan mengembangkan ekosistem pariwisata di NTB, khususnya DPSP Mandalika. Oleh sebabnya, pertemuan ini diharapkan dapat menjadi sebuah solusi untuk mewujudkannya.
Untuk menciptakan kekuatan rantai pasok industri parekraf, maka, diperlukan pertemuan langsung antara industri hotel dan pelaku UMKM bidang ekraf. Dalam hal ini, industri hotel memiliki peran sebagai demand dan pelaku UMKM bidang ekraf sebagai supply.
Pertemuan bisnis ini menjadi sebuah tahap matchmaking dengan harapan dapat menghasilkan kerja sama antara industri perhotelan dan UMKM parekraf. Pasalnya, terdapat beberapa tahapan yang dilakukan untuk menunjang perwujudan rantai pasok secara efektif, di antaranya tahap supply, demand, matchmaking, hingga tahap sustainable supply chain.
“Apalagi dalam waktu dekat akan diselenggarakan event internasional MotoGP. Maka perlu dipastikan bahwa kebutuhan hotel dapat terpenuhi. Oleh karena itu, kita harus mempersiapkan produk pariwisata dan ekraf sebaik mungkin, agar hotel bisa memfasilitasi dan wisatawan dapat menikmati produk UMKM Lombok,” ujar Fadjar.
Fadjar juga meminta para pelaku UMKM lokal untuk ikut serta dalam rantai pasok industri pariwisata agar mereka dapat memetik manfaat sesuai dengan 4 pilar pariwisata yang berkelanjutan. Ia menegaskan bahwa rantai pasok industri parekraf melibatkan pihak-pihak mulai dari hulu ke hilir sehingga diperlukan kolaborasi yang kuat.
“Pariwisata sudah bukan saatnya lagi dimaknai sebagai kompetisi karena semua adalah pemenang, sehingga harus ada kolaborasi. Rantai pasok bukan hanya upaya mempertemukan UMKM, usaha kreatif masyarakat dan industri, melainkan lebih dari itu, juga mengupayakan kelanggengan, mengupayakan bagaimana pariwisata ikut berdampak pada kenaikan ekonomi masyarakat,” jelasnya.
Pada akhirnya, pertemuan bisnis ini menghasilkan rencana terbentuknya 21 rantai pasok antara hotel dan UMKM parekraf dengan nilai kerja sama Rp2,2 miliar. Sebagai wujud tindak lanjut, dilakukan penandatanganan kesepakatan bersama antara 4 hotel yang berlokasi di Mandalika dengan 5 UMKM parekraf sebagai perwakilan rantai pasok yang akan terbentuk.
Kerja sama yang telah disepakati di antaranya pihak hotel akan menggunakan produk UMKM parekraf dalam operasional hotelnya. Selain itu, pihak hotel akan memberikan ruang atau space khusus untuk display produk UMKM parekraf. Terakhir adalah komitmen penggunaan produk UMKM parekraf sebagai amenitas hotel.
Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Provinsi NTB, Muhammad Husni, menyambut baik semua rencana yang telah disepakati Kemenparekraf dengan pihak hotel dan pelaku UMKM. Menurutnya, langkah ini merupakan bentuk komitmen Kemenparekraf untuk membangun sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di NTB.
“Kami berharap program penguatan rantai pasok industri parekraf dapat mendukung kebijakan yang telah dikeluarkan pemerintah daerah yaitu untuk Bela Beli Produk Lokal. Dengan memaksimalkan sistem rantai pasok di NTB, maka dipastikan kebutuhan industri horeka terpenuhi,” ucap Husni.
Temu bisnis ini dihadiri oleh 96 pelaku UMKM parekraf dan 27 usaha hotel dari seluruh Indonesia. Pelaku UMKM yang hadir merupakan yang bergerak di bidang kuliner, kriya, dan fesyen.
KOMENTAR
0