Krisis Ekonomi di Asia Timur dan Pasifik

Thursday, 02 April 20 Herry Drajat

Dengan posisi perekonomian kedua terbesar di dunia dan terbesar di Asia, dampak merebaknya wabah COVID-19 di Cina akan menyeret negara-negara di Asia Timur dan Pasifik. Bank Dunia menjelaskan, keadaan ini akan menjadikan pasar terganggu, antara lain menurunnya supply dan demand, arus perdagangan berkurang, dan mengakibatkan pergerakan wisatawan menjadi terbatas.

Jika pandemi COVID-19 tidak bertambah buruk, ekonomi China diproyeksikan menyusut dari 6,1% pada tahun lalu menjadi 2,3%. Tetapi jika terjadi sebaliknya, pertumbuhan tersebut akan berkurang lagi sebanyak 0,1%. Sementara pertumbuhan ekonomi di negara-negara Asia Timur dan Pasifik diproyeksikan berada di kisaran 1,3% hingga -2,8%.

BACA JUGA:   Epson Ciptakan Lighting Projector Terbaru Untuk Pameran

Bank Dunia memperingatkan dampak serius pandemi COVID-19 terhadap kemiskinan dan kesejahteraan penduduk dunia yang mengakibatkan penyebaran penyakit, kematian, dan hilangnya pendapatan. Dalam skenario terburuk, sekitar 35 juta orang diperkirakan berada di bawah garis kemiskinan, termasuk 25 juta orang di China.

Langkah-langkah yang direkomendasikan oleh Bank Dunia untuk memerangi COVID-19 adalah penyusunan kembali kebijakan fiskal dan moneter, dengan menyarankan pemerintah negara-negara yang terdampak mengeluarkan kebijaksanaan fiskal berupa menyediakan perlindungan sosial untuk melindungi dari krisis yang akan terjadi, terutama bagi mereka yang paling rentan secara ekonomi.

BACA JUGA:   Sriboga Raturaya Adakan Buka Puasa Bersama 257 Anak Disabilitas

Selain itu, juga diharapkan adanya pemberian subsidi untuk biaya berobat serta pengeluaran setiap warga masyarakat dalam perawatan kesehatan. Langkah tersebut akan dapat mengurangi beban masyarakat serta menahan laju penyebaran COVID-19. Langkah yang tidak kalah penting adalah memperluas jejaring pengaman untuk memberikan bantuan secara langsung pada keluarga yang penghasilannya rendah.

Adapun untuk kalangan bisnis, terutama usaha kecil dan menengah, pemerintah perlu memberikan suntikan likuiditas untuk membantu tetap dalam bisnis dan menjaga hubungan bisnis mereka dengan rantai nilai global.

Pada kondisi sekarang, kebijakan untuk menggenjot kegiatan makro ekonomi seperti meningkatkan produksi sehingga lapangan kerja dapat meningkat dianggap kurang efektif, mengingat para pekerja diminta untuk tetap tinggal di rumah selama ada imbauan physical distancing. Hampir 35 juta orang akan tetap terperosok dalam kemiskinan ketika COVID-19 memaksa krisis ekonomi di seluruh Asia Timur dan Pasifik, memperingatkan Bank Dunia dalam pembaruan ekonomi.