Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) terus berkomitmen untuk mengembangkan wisata halal dan muslim-friendly tourism di Indonesia. Dalam hal ini, Kemenparekraf, telah menyusun kebijakan terkait pariwisata halal yang menekankan tambahan layanan (extensional service) yang disediakan para pelaku usaha parekraf.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, mengatakan bahwa kebijakan tersebut telah disusun dalam bentuk panduan yang tepat dan dapat diikuti oleh pengelola destinasi dan sentra ekonomi kreatif di daerah-daerah. Wisata halal bukan berarti islamisasi wisata atraksi, tetapi, memberikan layanan tambahan yang terkait dengan fasilitas, turis, atraksi, dan aksesibilitas untuk memenuhi pengalaman dan kebutuhan para wisatawan muslim.
“Kita akan terus tingkatkan jumlah layanan tambahan bagi para wisatawan khususnya untuk wisata halal ini. Kami telah menyusun kebijakan ini dan dalam waktu singkat kami akan menerbitkan panduan untuk destinasi tambahan,” kata Sandiaga dalam Weekly Press Briefing Kemenparekraf.
Menurut Sandiaga, akan ada destinasi tambahan yang akan digenjot untuk wisata halal dan ramah muslim di daerahnya. Selain Aceh dan Sumatera Barat, akan ada destinasi tambahan seperti Jawa Barat, Kalimantan Selatan, serta Madura.
Sandiaga juga mengatakan bahwa kebijakan tersebut terbentuk karena Indonesia telah berhasil menempati posisi kedua dalam Global Muslim Travel Index (GMTI) tahun 2022. Menurut Sandiaga, Indonesia berhasil naik dua peringkat dari sebelumnya yang masih berada di posisi keempat pada tahun 2021.
“Untuk wisata halal saya berharap fokus, karena kita sudah berhasil meningkatkan posisi kita ke posisi 2 sekarang kita harus menuju ke nomor 1 dan tentunya tambahan layanan atau extensional service ini dengan konsep need to have, good to have, dan nice to have,” kata Sandiaga.
Data menunjukkan pada 2019, umat Islam di seluruh dunia menghabiskan total U$2,02 triliun untuk belanja makanan, kosmetik farmasi, fesyen, travel, dan rekreasi. Pasar muslim global diperkirakan akan tumbuh hingga U$2,4 triliun pada tahun 2024. Dalam hal ini, pengeluaran terbesar oleh konsumen muslim berasal dari makanan dan minuman halal.
“Jadi, selain ingin menjadi pemimpin pasar musim global, wisata halal ini dapat menjadi salah satu opsi bagi wisatawan domestik agar berwisata di Indonesia saja. Seperti kita tahu, wisata halal dan ramah muslim kita tidak kalah dengan destinasi lainnya karena kita memiliki begitu banyak kemampuan di dalamnya,” ucap Sandiaga lagi.
KOMENTAR
0