Pemerintah Indonesia sepakat untuk membentuk Sekretariat Bersama Percepatan Pengembangan Pariwisata sebagai upaya untuk mewujudkan target sektor pariwisata sebagai penghasil devisa terbesar di Indonesia. Sektor pariwisata ditargetkan bisa menjaring kedatangan 20 juta wisatawan mancanegara dengan penerimaan devisa mencapai US$17,6 juta pada tahun ini.
Untuk mempercepat akselerasi target tersebut, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Bank Indonesia (BI), dan Kementerian Pariwisata menandatangani nota kesepahaman bersama (MoU) terkait pembentukan sekretariat bersama percepatan pengembangan pariwisata.
Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia, mengatakan, sekretariat bersama ini bertujuan untuk memantau dan mengevaluasi implementasi strategi kebijakan prioritas pencapaian devisa pariwisata serta percepatan pengembangan destinasi wisata.
“Sekretariat ini juga untuk mempercepat akselerasi antara pusat dan daerah agar dapat mencapai target kunjungan wisatawan mancanegara. Pembentukan sekretariat bersama ini akan ditindaklanjuti dalam waktu dekat,” kata Perry Warjiyo.
Nota Kesepahaman yang ditandatangani oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Pariwisata Arief Yahya, dan Gubernur BI Perry Warjiyo tersebut diawali dengan pembahasan monitoring dan evaluasi kinerja pariwisata dari berbagai inisiatif dan kebijakan yang telah dan sedang ditempuh pemerintah, serta langkah-langkah yang akan ditempuh untuk penguatan kinerja sektor pariwisata ke depan.
Luhut Panjaitan mengatakan, digitalisasi akan lebih ditingkatkan untuk mendorong kinerja sektor pariwisata.
“Ini langkah-langkah yang sangat penting, terlebih promosi lewat digital untuk menarik wisatawan mancanegara datang lebih banyak lagi karena lewat digital kita sudah berpengalaman. Saat pelaksanaan acara Pertemuan Tahunan IMF-World Bank di Bali, dalam dua pekan saja jumlah wisman sangat banyak,” kata Luhut.
Luhut juga menyepakati bahwa langkah yang ditempuh saat ini sudah berada di jalur yang benar sehingga perkembangan yang dihasilkan dari tahun lalu hingga sekarang semakin terlihat positif.
“Kita sudah on the track. Kami sepakat digitalisasi akan lebih ditingkatkan, target 20 juta wisman bukan hal mustahil, angka konservatif, US$17,6 miliar devisa saya kira optimistis,” ujar Luhut.
Luhut juga menjelaskan berbagai perkembangan pembangunan infrastruktur, seperti New Yogyakarta International Airport (NYIA) yang segera beroperasi pada April 2019 dan beroperasi untuk penerbangan internasional pada Oktober 2019, akan mendongkrak jumlah pengunjung ke destinasi wisata sekitar, seperti Candi Borobudur.
“Pengoperasian NYIA akan meningkatkan jumlah wisatawan ke Borobudur yang awalnya 1 juta bisa meningkat menjadi 2 juta orang. Lalu second rapid Exit Taxi Way di Ngurah Rai diharapkan selesai pada Oktober 2019, dampaknya akan menambah jumlah hingga 39 juta penumpang yang saat ini sebanyak 29 juta,” katanya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya juga yakin target pariwisata tersebut bisa tercapai. Dengan begitu, pariwisata akan menjadi penyumbang devisa terbesar. Saat ini penyumbang devisa terbesar masih dari CPO atau kelapa sawit.
“Dampaknya tentu akan besar sekali bagi pariwisata. Contohnya di Danau Toba yang terus didorong. Saat ini jumlah pengunjung di Bandara Silangit tercatat 420.000. Padahal terminalnya didesain untuk menampung 500.000 pengunjung,” ujar Arief Yahya.
Arief berharap akan terus ada dukungan dari berbagai pihak untuk mewujudkan target-target di sektor pariwisata.
“Termasuk harapan kita semua agar ada penerbangan langsung lebih banyak ke Danau Toba. Saat ini telah ada dari Kuala Lumpur dan Singapura. Kami berharap dalam waktu dekat akan ada dari China dan India,” ujar Arief Yahya.
KOMENTAR
0