Enam Pelaku Usaha Terpilih Jalani Program DDS Untuk Berpartisipasi di Trade Expo Indonesia

Thursday, 18 July 19 Herry Drajat
Designers Dispatch Service

Designers Dispatch Service (DDS) adalah program pendampingan antara desainer dan pelaku usaha dalam menciptakan prototipe untuk pasar ekspor. DDS yang diinisiasi JICA (Japan International Cooperation Agency/Badan Kerjasama Internasional Jepang ) dimulai pada tahun 2012 dengan proyek awal pengembangan furnitur rotan di lingkungan usaha rotan Cirebon. Hingga tahun 2017, DDS telah menghasilkan lebih dari 50 produk purwarupa bernilai tinggi.

Program DDS bertujuan meningkatkan daya saing pelaku ekspor di daerah melalui  pengembangan desain dari produk yang telah ada agar tercipta desain-desain baru yang sesuai selera pasar dan permintaan konsumen global. Adanya pengembangan produk ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan para pelaku usaha di daerah, baik dalam hal desain, pewarnaan, simplikasi, maupun perpaduan antara tradisional dan kontemporer.

BACA JUGA:   Indonesia Berhasil Catatkan Rp5,3 Triliun Nilai Devisa di ITB Berlin

DDS 2019 yang dilaksanakan sebagai program pengembangan produk ekspor Kementerian Perdagangan telah menyelesaikan tahap seleksi di beberapa daerah pada 4 Juli 2019, salah satunya adalah di Jawa Timur. Pelaku usaha yang terseleksi sebagai peserta DDS kemudian mendapatkan fasilitas pendampingan desainer untuk menciptakan produk bernilai tambah dan  dipamerkan di ajang Trade Expo Indonesia (TEI) 2019 pada 16 hingga 20 Oktober 2019.

“Total ada enam pelaku usaha dari Provinsi Jatim yang terpilih sebagai peserta program DDS 2019. Semua pelaku usaha yang terpilih sebagai peserta akan menerima pendampingan dari beberapa desainer untuk menciptakan produk baru yang menyasar selera pasar ekspor,” ungkap Ari Satria, Direktur Pengembangan Produk Ekspor Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kemendag.

BACA JUGA:   IFFINA 2016 Membidik Nilai Ekspor 5 Miliar Dolar

Dua pelaku usaha Jatim yang terpilih adalah CV Sicash Makmor asal Blitar yang dikelola Sugeng Hariyanto, dan UD Barokah asal Sidoarjo yang dikelola Tamam. Produk utama CV Sicash Makmor berupa alat musik dari bahan dasar kayu bernama jimbe, sedangkan produk utama UD Barokah adalah produk fesyen dari kulit, seperti jas, jaket, sepatu, dan tas.

Sebelumnya, pada Maret 2019, telah terpilih empat pelaku usaha asal Surabaya dan Banyuwangi sebagai peserta DDS 2019, yaitu Artistica (perhiasan), Cococraft Kreasi Gemilang (kerajinan tangan dan furnitur), Kejaya Handicraft (kerajinan tangan), dan Godho Batik (batik).

DDS tahun ini mengambil tema “Eco Hospitality Industrial Product and Packaging”. Untuk itu, desainer perlu menggerakkan sektor industri menengah dengan mengubah ide budaya, kearifan lokal, kekhasan artefak, dan keramahtamahan lingkungan menjadi desain yang menarik hati buyer.

BACA JUGA:   TEI ke-39 Siap Digelar, Perluas Ekspor Indonesia ke Pasar Global

Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi pelaku usaha untuk bisa terpilih dalam program DDS 2019 dana dekonsentrasi, antara lain perusahaan tergolong sebagai usaha kecil menengah (UKM), perusahaan memiliki dokumen legalitas usaha, memiliki minat merambah pasar ekspor, serta melakukan produksi minimal selama dua tahun. Sedangkan dari segi produk kriterianya adalah produk potensial/andalan daerah, memiliki sumber bahan baku dan kemampuan menyuplai yang besar dan kontinu sehingga dapat memenuhi jumlah permintaan yang besar.