Pasar hotel mewah yang membidik wisatawan premium dinilai tidak tergerus oleh perlambatan ekonomi global. Hotel mewah memiliki segmentasi pasar yang spesifik.
Ferry Maruf, Direktur Integrated Nautical Resort Sdn Bhd (INR), mengatakan hal tersebut di Langkawi, Kedah, Malaysia, pada 30 Mei 2016 usai meresmikan pembukaan St Regis Langkawi Hotel & Resort bintang 6 di Langkawi.
Integrated Nautical Resort Sdn Bhd merupakan perusahaan patungan Rajawali Property Group, anak usaha Rajawali Corpora Indonesia, dengan Kementerian Keuangan Malaysia. Secara keseluruhan, Rajawali Properti Group saat ini memiliki 10 properti di Indonesia dan Malaysia, meliputi hotel bintang 5 dan 6, perkantoran, residensial, dan gedung pertemuan (convention center).
Menurut Ferry, hotel mewah menawarkan keunggulan layanan dengan segmentasi pasar tersendiri. Ia mencontohkan, total wisatawan yang berkunjung ke Langkawi sekitar 3 juta orang per tahun. Dari jumlah itu, wisatawan premium berkisar 500.000 orang. Wisatawan premium tetap berlibur meskipun lama kunjungan (length of stay) cenderung berkurang.
“Wisatawan premium tetap butuh berlibur. Bagi pasar spesifik ini, uang bukan masalah. Namun demikian, ada penyesuaian kunjungan, seperti lama menginap yang berkurang,” kata Ferry.
Peter Sondakh, CEO Rajawali Corpora, mengatakan, infrastruktur dan aksesibilitas merupakan daya tarik bagi wisatawan. Langkawi tumbuh menjadi destinasi wisata dunia didukung alam yang indah, penduduk yang ramah, serta kemudahan investasi asing.
Sementara itu, berdasarkan data dari konsultan properti Colliers International Indonesia, menunjukkan bahwa pelemahan ekonomi global membuat tingkat hunian hotel di Jakarta selama triwulan I (Januari-Maret) 2016 turun 14,6 persen menjadi 49,5 persen. Tingkat okupansi itu merupakan yang paling rendah dalam tiga tahun terakhir.
Penulis: Harry Purnama
KOMENTAR
0