Strategi Novotel Bandung untuk Menggarap Tamu MICE

Wednesday, 25 September 24 Harry
arief maulana general manager novotel bandung

Usai dilanda badai COVID-19, Novotel Bandung mulai bangkit untuk menyambut pulihnya bisnis MICE dan pariwisata. Bahkan, bisa dikatakan bisnis Novotel Bandung telah melebihi pencapaian sebelum COVID. 

Arief Maulana, General Manager Novotel Bandung, mengatakan, pulihnya bisnis Novotel Bandung terutama didorong oleh maraknya kegiatan pemerintahan yang diadakan di Novotel Bandung.

“Sekitar 60 persen pemasukan kita dari MICE, dan beberapa dari korporat juga masuk,” ujar Arief.

Tumbuhnya bisnis Novotel Bandung juga didorong oleh pergerakan masyarakat dari Jakarta yang meningkat usai dibukanya kereta cepat Jakarta-Bandung (Whoosh). Diperkirakan ada sekitar 500.000 penumpang Whoosh yang masuk ke Bandung setiap bulannya. Menariknya, saat Novotel Bandung dibuka pertama kali pada tahun 2006, Tol Cipularang juga baru saja dibuka. 

BACA JUGA:   Cerita Pengantar Tidur di Novotel Bandung

“Tamu bisnis banyaknya dari pemerintahan Jakarta, juga pemerintahan lokal,” ujar Arief. 

Untuk itu, sejumlah strategi pun dilakukan oleh Arief untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada para tamu Novotel Bandung, antara lain dengan menambah kapasitas ruang pertemuan. Saat ini Novotel Bandung memiliki 13 ruang pertemuan yang sudah termasuk ballroom yang dibagi tiga. 

BACA JUGA:   Doddy Yogaswara, Executive Chef Novotel Bandung: Dedikasi dan Kreativitas dalam Dunia Kuliner

“Ruang meeting juga diperbesar jadi daya tampung bisa lebih banyak, ada ruang meeting yang bisa menampung hingga 60 orang,” ujar Arief. 

Selain itu, ballroom pun mengalami renovasi, antara lain sudah dilengkapi teknologi videotron. Tak hanya itu, kamar tamu pun mengalami pembaruan secara bertahap. 

“Sekarang sekitar 30 persen kamar sudah diperbarui. Tahun depan akan diganti smart tv semuanya,” ujar Arief. 

BACA JUGA:   PERON SkyCafe YELLO Hotel Manggarai Jakarta Kini Tawarkan Menu Cocktail 

Ke depannya, Arief berencana untuk menggarap market baru, yakni market akademisi atau universitas. Pasalnya, Arief meyakini bahwa market akademisi memiliki potensi yang cukup besar karena mereka sering mengadakan meeting juga.