Hospitality Wars: DayBreakHotels vs Home-Sharing

Tuesday, 19 June 18 Harry
DayBreakHotels

Konsep sharing economy telah mengubah industri akomodasi. Dengan tumbuhnya Airbnb dan platform lain yang sejenis, hotel-hotel tradisional mulai mengalami penurunan tingkat okupansi. Harga yang kompetitif dan kemudahan memesan kamar di menit-menit terakhir menjadi keunggulan utama para pemain home-sharing platform.

Hadirnya kesuksesan itu tentu diiringi dampak negatif bagi yang lainnya. Sejak Airbnb menanjak popularitasnya, industri hotel kehilangan revenue 1,5 persen hanya di Amerika Serikat. Selain itu, sekitar 2,5 juta kamar tidak terisi setiap tahunnya, dan yang terburuk adalah sekitar 2.800 orang kehilangan pekerjaan. Berdasarkan data, munculnya konsep home-sharing telah menyebabkan penurunan kamar hotel sebesar 1,3 persen, yang tentu berujung pada hilangnya revenue. Dengan perubahan paradigma ini, perusahaan teknologi dari Roma memiliki rencana tersendiri untuk mengembalikan hal tersebut.

BACA JUGA:   Jetstar Asia Menambah Penerbangan untuk Asian Games 2018

DayBreakHotels adalah platform pemesanan hotel yang mengutamakan pada pemakaian hanya hitungan jam. Targetnya adalah para wisatawan atau pebisnis yang mencari tempat untuk bekerja atau hanya sekadar untuk beristirahat di tengah jeda meeting atau menunggu penerbangan.

DayBreakHotels bekerja sama dengan hotel-hotel untuk menyediakan masa menginap yang singkat, dengan tujuan mengisi kamar-kamar yang kosong di siang hari. Dengan jutaan kamar hotel yang kosong setiap tahunnya, konsep ini menciptakan sumber pemasukan baru yang membuat hotel-hotel mewah menjual kamarnya hanya untuk jangka waktu 6-8 jam di siang hari.

BACA JUGA:   5,24 Juta Wisatawan Mancanegara Berkunjung ke Indonesia Selama Januari hingga Mei 2024

Ini merupakan solusi terbaik untuk para hotel dan tamunya. Simon Botto, CEO dan co-founder DayBreakHotels, mengatakan, “Menjual kamar dan pelayanan ini dapat meningkatkan revenue hotel, serta memberikan para tamu pengalaman unik menginap di hotel mewah dengan harga yang murah.”

DayBreakHotels saat ini memiliki jaringan lebih dari 3.000 hotel mewah, 250 di antaranya berada di Inggris Raya, sehingga industri hotel di Inggris dapat kembali ke masa-masa jayanya. Para mitra DayBreakHotels pun telah merasakan peningkatan keuntungan sebesar 10-20 persen.

BACA JUGA:   Jateng Fokus Pembangunan Infrastruktur Pariwisata

“Saya yakin ini akan mengubah peta persaingan di industri hospitality, mendefinisikan kembali konsep tradisional sebuah hotel, dan memberikan hotel sebuah alat untuk bersaing dengan Airbnb, serta meningkatkan pemasukan mereka sebesar 10-20 persen,” ujar Botto.