Dalam acara jumpa pers akhir tahun Kementerian Pariwisata, Menteri Pariwisata Arief Yahya memperkirakan bahwa target kunjungan 12 juta wisman pada tahun 2016 dapat tercapai. Hal itu melihat kenyataan bahwa kunjungan wisatawan mancanegara pada Januari hingga Oktober 2016 telah mencapai 9.403.614 atau meningkat 9,54 persen dibanding tahun sebelumnya. Karena itu, target pada bulan November dan Desember 2016 yang sebesar 1,3 juta dan 1,5 juta wisman akan lebih mudah dicapai.
“Sisa 2,86 juta tersebut optimistis akan terlampaui karena dalam tiga bulan terakhir 2016 adalah saat peak seasons, dan menurut data akan terjadi pertumbuhan tinggi hingga dua digit,” ujar Arief Yahya.
Sementara itu, pergerakan wisatawan nusantara dari Januari hingga November 2016 telah mencapai angka 288.178.646 pergerakan, atau 110,84 persen dari target yang telah ditetapkan pada 2016 sebesar 260 juta. Arief Yahya mengatakan, secara umum kebijakan untuk mengembangkan pariwisata selama tahun 2016 sudah di jalur yang tepat sehingga target-target lain yang telah ditetapkan dapat dicapai. Target-target tersebut adalah kontribusi pariwisata terhadap PDB nasional sebesar 11 persen, devisa yang dihasilkan dari pariwisata mencapai Rp172 triliun, penyerapan 11,8 juta tenaga kerja, serta pergerakan 260 juta wisatawan nusantara.
Arief Yahya juga menyampaikan realisasi investasi di sektor pariwisata pada periode Januari-September 2016 yang mencapai US$1.094 juta atau tumbuh 23 persen dibandingkan periode yang sama di tahun lalu. Investasi pariwisata tersebut terdiri atas Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar US$594,59 juta dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar US$139,06 juta.
“PMA terbesar masih di sektor hotel berbintang sebesar 56 persen, kegiatan konsultasi manajemen sebesar 27 persen, dan restoran sebesar 7 persen. Sementara itu, PMDN untuk hotel berbintang sebesar 65 persen, disusul wisata tirta sebesar 21 persen, kegiatan taman bertema/hiburan sebesar 4 persen. Investor asing didominasi oleh Singapura sebesar 51 persen, British Virgin Islands sebesar 14 persen, dan Luksemburg sebesar 8 persen,” ujar Arief.
Arief Yahya mengatakan, salah satu sektor yang masih perlu dikembangkan adalah bandara, sebab bandara menjadi unsur penting dalam mendatangkan wisatawan ke suatu daerah. Ia juga menambahkan, bisnis di bandara masih sangat besar peluangnya dibandingkan berbisnis maskapainya. “Persaingan maskapai penerbangan sudah sangat ketat, sedangkan di sektor bandara masih menjadi monopoli Angkasa Pura. Karena itu, kalau Angkasa Pura kesulitan mengembangkan bandara-bandara di daerah, saya akan datangkan investor dari luar negeri yang mau karena ini bisnis yang menjanjikan,” ujar Arief Yahya.
Penulis: Harry Purnama
KOMENTAR
0