Masuki Dunia Influencer Lewat Under The Influence: Social Content Special Edition

Monday, 09 November 20 Harry

Dalam digital marketing, salah satu strategi yang kian menjamur adalah memanfaatkan kehadiran influencer. Menurut buku Influencer: Building Your Personal Brand in the Age of Social Media, influencer dijelaskan sebagai seseorang yang memiliki clout (dapat diartikan sebagai pengaruh, kemampuan, maupun kekuasaan) melalui channel digital mereka. Inilah yang disebut beberapa orang sebagai social currency

Biasanya, para influencers adalah sekelompok orang yang memiliki banyak followers atau tingkat engagement yang tinggi. Ketika ia menyuarakan sesuatu, audiennya akan mendengarkan dan berpotensi meniru tindakan influencer

Inilah pentingnya influencer bagi sebuah brand atau perusahaan yang bekerja sama dengan mereka. Saat influencer menggunakan suatu produk, kemungkinan besar para pengikutnya akan turut membeli produk yang sama, atau setidaknya menaruh perhatian lebih terhadap produk tersebut. 

Menurut buku Jadilah Influencer, sebanyak 80% perusahaan bersedia membayar seorang influencer karena cara tersebut dianggap efektif. Jika seseorang tampak sesuai dengan target pasar yang ingin dijangkau, tak jarang pebisnis akan mengajak kerja sama untuk memasarkan suatu produk.

BACA JUGA:   Menparekraf Harap Art Jakarta Gardens Mampu Menumbuhkan Ekonomi Kreatif Indonesia

Apalagi, berdasarkan data Linqia, sebuah situs online di USA yang mempertemukan influencer dan brand meneliti bahwa 86% marketers terlibat dalam influencer marketing tahun 2017, dan sebanyak 92% di antaranya melaporkan bahwa strategi tersebut cukup efektif.

Google pun pernah merilis data pencarian terhadap influencer marketing tahun 2018 bertumbuh sebesar 325% tahun 2017. Hingga tahun ini, kata influencer masih sering mengalami breakout atau tingkat pencarian maksimal pada tools Google Trend. 

Influencer terdiri dari banyak jenis. Buku How To Win Instagram menjabarkan tiga kelompok influencer yang paling sering menjadi “corong” marketing para brand.

Micro influencer yang memiliki followers antara 5.000 hingga 10.000 orang biasanya menawarkan segmen audien yang spesifik dengan topik tertentu yang spesifik. Harga yang ditawarkan kelompok ini cukup bersahabat dan memiliki engagement yang cukup bagus.

BACA JUGA:   Snoh Aalegra Menjadi Headliner Special Show di Jakarta International BNI Java Jazz Festival 

Power middle influencer memiliki followers antara 10.000-250.000 orang. Biasanya, kategori ini sudah termasuk expert dan sering berkolaborasi dengan brand.

Macro influencers adalah influencer dengan jam terbang paling tinggi. Followers-nya berkisar 250.0000 hingga lebih dari 1 juta orang. Tak heran influencer dalam kelompok ini sering disebut big fish, pasalnya mereka bisa dikategorikan sebagai digital celebrities. Walau begitu, reach dan engagement macro influencers umumnya lebih kecil dibanding micro dan middle influencers

Keempat, nano influencer. Followers-nya hanya berkisar 1.000-5.000, namun strategi penggunaan nano influencer justru semakin meningkat. Ternyata, influencer ini justru mempunyai engagement enam kali lebih banyak dibanding kategori lainnya karena followers mereka bersifat real dan tak memakai followers palsu atau bot

BACA JUGA:   Kopi Craft Indonesia Dorong Kopi Nusantara Miliki Branding Kuat

Brand melihat bahwa nano influencers ini punya kedekatan dengan followers-nya dari interaksi dan lebih berpotensi memengaruhi mereka untuk membeli. 

Untuk mendapat ilmu tentang influencer marketing, cara membuat konten yang menarik, dan strategi manajemen influencer untuk marketing beserta solusi dalam menghadapi tantangannya, pada 10 November 2020 akan diselenggarakan TECHMinar Kreen “Under The Influence: Social Content Special Edition” pada pukul 13.30.

Acara ini akan dihadiri Stella Josowidjojo (KOL & Influencer Marketing Lead ALOWALO) serta Fajrin Sahaf (Head of Influence Strategy Creative Media United). Untuk mengikuti kegiatan ini bisa mendaftar di https://kreen.id/webinar/undertheinfluence.