Wakatobi Wave 2017 Suguhkan Wisata Bahari dan Budaya

Thursday, 09 November 17 Harry
Wakatobi Wave
Pemandangan matahari terbenam di Wanci, Kabupaten Wakatobi. Foto: Dok. Venue

Wakatobi Wonderful Festival and Expo 2017, atau disingkat Wakatobi Wave 2017, akan diadakan pada 11 hingga 13 November 2017. Acara ini sangat cocok bagi penggemar wisata bahari dan budaya. Festival ini juga akan menampilkan kebudayaan dari seluruh wilayah adat di Wakatobi.

Nadar, Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Wakatobi, mengatakan, puncak acara Wakatobi Wave Festival akan dimeriahkan dengan parade budaya yang menampilkan berbagai atraksi budaya bahari terbesar dari yang pernah diselenggarakan dengan keterlibatan 1.000 peserta.

“Kegiatannya meliputi Prosesi Akbar Kariaa Wakatobi yang akan menampilkan Tamburu Liya, Tari Lengko, Barisan Tokoh Adat, Karnaval Kostum Pesisir, parade kendaraan hias masing-masing Pulau (Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko), dan satu mobil hias Pesona Indonesia yang diikuti dengan kontingen budaya masing-masing pulau se-Wakatobi,” ujar Nadar.

Selain parade budaya tersebut, acara pembukaan juga akan ditambah dengan kemeriahan penampilan Tarian Kolosal yang diperagakan oleh lebih dari 100 orang penari putra-putri muda Wakatobi. Kegiatan lainnya meliputi Simposium Internasional Pembangunan Maritim (12 November), Fun Dive (12 November), hiburan artis ibu kota (13 November), pameran produk ekonomi kreatif, pergelaran budaya dan pameran foto (11-13 November), business gathering (12 November), dan lomba panjat pinang di atas laut (13 November).

BACA JUGA:   Ada Diskon Tambahan 29 Persen di Traveloka Travel Fair 2024

Event ini diharapkan dapat semakin mengangkat potensi dan mempromosikan wisata di Wakatobi,” ujar Nadar.

Tidak hanya acara-acara di atas, pengunjung juga akan disuguhkan dengan atraksi budaya laut yang menarik termasuk penyajian budaya agung Parade Karia’a, yakni menampilkan anak-anak yang mengenakan pakaian tradisional berwarna-warni dan anak perempuan yang mengenakan hiasan kepala dengan bunga dan aksesori emas, serta Tamburu Liya, yakni sebuah pawai suci yang heroik yang dilakukan oleh 15 Tetua terhormat dari Liya menggunakan tombak dan drum.

BACA JUGA:   PERIKLINDO Electric Vehicle Show 2022 Diikuti 50 Brands Ekosistem Kendaraan Listrik

Esthy Reko Astuti, Deputi Bidang Pengembangan dan Pemasaran Pariwisata Nusantara, mengatakan, Wakatobi Wave adalah salah satu cara untuk memperkenalkan rangkaian kegiatan festival berbasis keindahan Pulau Wakatobi pada dunia, serta membuat model percepatan pembangunan daerah kepulauan dan daerah tertinggal serta meningkatkan kontribusi pariwisata Indonesia.

“Tujuan Wakatobi Wave sendiri tidak lain untuk mempromosikan Wakatobi sebagai salah satu destinasi wisata unggulan di Indonesia dengan target peningkatan arus kunjungan wisatawan, khususnya wisatawan mancanegara serta mendorong percepatan pembangunan dan pengembangan potensi sumber daya kelautan dan pariwisata Indonesia,” ujar Esthy Reko Astuti.

Wakatobi sendiri telah ditetapkan menjadi 10 destinasi prioritas pariwisata memiliki sebagai terumbu karang penghalang terbesar di Indonesia, serta terbesar kedua di dunia setelah Great Barrier Reef di Australia. Di sini dapat ditemukan fringing, atol, dan terumbu penghalang selain menawarkan lebih dari 50 titik menyelam yang mudah dijangkau dari pulau-pulau besar.

BACA JUGA:   Untuk Menantang Era MICE 4.0, Mahasiswa ini Adakan Kuliah Umum

Ini adalah surga bagi spesies ikan besar dan kecil, taman bermain lumba-lumba, kura-kura, dan bahkan paus. Wakatobi sendiri dikatakan memiliki 942 spesies ikan dan 750 spesies terumbu karang dari total 850 koleksi dunia, yang bila dibandingkan dengan dua pusat selam terkenal di dunia, Laut Karibia berjumlah 50 spesies, dengan Laut Merah di Mesir memiliki 300 spesies terumbu karang.

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, atraksi wisata yang dimiliki Wakatobi dianggap telah mendunia. Ia menyebutkan bahwa Pemerintah Kabupaten Wakatobi tak perlu khawatir dengan promosi pariwisata daerah. “Positioning-nya Wakatobi sudah bagus. Menjadi obyek wisata high end,” kata Arief.