Optimistis menyongsong tahun 2017, Bidakara Hotels & Resorts bersiap dengan sejumlah strategi. Penguatan internal, rebranding, dan pembukaan properti hotel baru menjadi amunisi menghadapi kompetisi sengit di industri perhotelan tahun ini.
Menjelang berakhirnya tahun 2016, Presiden Jokowi mengambil langkah mengejutkan dengan melakukan pemangkasan anggaran di semua departemen pemerintah. Pemangkasan dilakukan dengan mengurangi program yang dianggap tidak prioritas, seperti perjalanan dinas, rapat, serta pembangunan gedung.
Di satu sisi, ini menjadi langkah penguatan keuangan negara. Namun, di sisi lain, pemangkasan anggaran perjalanan dinas dan rapat membuat industri hotel, khususnya yang pendapatannya besar dari sektor MICE, mesti putar otak.
Belum lagi, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta mengatakan, sepanjang 2016-2017 akan ada sekitar 39 hotel baru dibangun di Jakarta. Selain pasar hotel yang masih menggiurkan, pembangunan hotel baru menunjukkan kesiapan Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games 2018. Kabar lain menyebutkan, tahun 2017, di Surabaya akan ada 10 hotel baru, sementara di Bandung ada 25 hotel baru berdiri.
Untungnya, banyak pihak memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di tahun 2017 akan lebih baik dari tahun 2016. Seperti dikatakan Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardoyo, menurutnya pertumbuhan ekonomi pada 2017 berkisar 5,1-5,5 persen. Pertumbuhan ini didorong menguatnya konsumsi rumah tangga, meningkatnya kelas menengah, dan membaiknya investasi.
Keyakinan akan pertumbuhan ekonomi yang positif tentu akan berdampak pada industri hotel. berkurangnya okupansi ruang meeting dari kalangan pemerintah bukan jalan buntu, namun justru menguji kejelian melihat banyak peluang lainnya. Berdirinya banyak hotel baru memang menghadirkan persaingan sengit, namun pengalaman dan kualitas rasanya bekal cukup menjawab tantangan persaingan.
Optimistis ini tengah dibangun oleh Bidakara Hotels & Resorts pada tahun 2017. Perusahaan manajemen hotel ini telah mengelola tiga properti hotel, yakni Bidakara Hotel Jakarta, Bisanta Bidakara Surabaya, dan Savoy Homan Bidakara Hotel Bandung. Mochamad Soleh, Direktur PT Hotel Bumikarsa Bidakara yang menaungi Bidakara Hotels & Resorts, mengakui memang banyak pekerjaan rumah dan tantangan yang dihadapi Bidakara. Namun, ia menegaskan, sejumlah strategi sebagai amunisi tahun 2017 dengan segenap tantangan sudah disiapkan.
Strategi pertama ialah melakukan pembenahan dan penguatan internal. Menurut Soleh, menyatukan manajemen menjadi langkah prioritas. Soleh yang baru menjabat sebagai direktur tiga PT sejak pertengahan 2016 ini menjelaskan, selama ini ketiga hotel Bidakara di Jakarta, Surabaya, dan Bandung memiliki manajemen dan PT masing-masing.
“Kondisi tersebut membuat perusahaan terlihat gemuk sehingga kurang lincah. Karenanya kami ingin merger menjadi satu PT dan direksi saja,” jelas pria kelahiran 25 Desember 1967 ini.
Setelah pembenahan internal, strategi kedua adalah melakukan rebranding dengan mengubah brand korporat menjadi Bidakara Hotels and Resorts. Nantinya, akan ada penyeragaman nama hotel, seluruh hotel akan bernama Bidakara, lalu diikuti brand sesuai bintang dan nama lokasi. Misalnya, Bidakara Fancy Tunjungan. Nama Fancy merujuk pada brand bintang tiga Bidakara.
“Untuk bintang 2 kami sebut Smart, bintang 3 Fancy, bintang 4 Grand, dan bintang 5 Luxury,” imbuh Soleh yang juga menjabat sebagai Ketua Perhimpunan Hotel & Restoran Indonesia (PHRI) BPD Jawa Timur.
Brand baru ini sekaligus menegaskan rencana Bidakara Hotels & Resorts untuk mengoperasikan resor. Pulau Bali menjadi pilihan utama Bidakara. Menurut Soleh, belum afdol kalau perusahaan manajemen hotel belum punya resor di Bali. Walau begitu, membuka resor di Bali bukan semata demi memenuhi syarat keabsahan, tapi Bidakara juga melakukan perhitungan matang.
“Bali memang terkesan sudah terlalu sesak, tapi okupansi di sana masih tinggi dibanding kota lain, sebab share wisatawan mancanegara tinggi sehingga masih tetap prospektif,” tegas Soleh.
Selain mengoperasikan resor, Bidakara juga berencana membuka hotel baru di Yogyakarta dan membangun hotel bujet di Jakarta. Kota-kota sekunder, seperti Karawang, Cikarang, atau Cikampek misalnya, akan menjadi pertimbangan Bidakara untuk membuka jaringan hotelnya.
Tak hanya membangun hotel sendiri, pada 2017 Bidakara juga menargetkan mengelola sejumlah hotel. Targetnya, dalam setahun ada 3-5 hotel baru di bawah manajemen Bidakara. Rencana ekspansi Bidakara ini sekaligus menjadi strategi ketiga Bidakara di tahun 2017.
Strategi keempat ialah dengan melakukan peralihan sasaran bisnis. Maklum saja, selama ini, hotel-hotel milik Bidakara mendulang revenue lumayan dari okupansi MICE. Menurut Soleh, okupansi fasilitas MICE di seluruh hotel Bidakara berkontribusi sampai 40 persen terhadap pendapatan. Akibatnya, kebijakan pemangkasan anggaran pemerintah amat dirasakan dampaknya bagi Bidakara yang terkenal sebagai hotel MICE.
Maka, Bidakara merasa perlu melakukan perluasan pasar. “Kami ingin menggarap segmen keluarga, weekender, acara pernikahan, dan pasar wisatawan, apalagi pemerintah sedang gencar mengelola sektor pariwisata. Promosi akan lebih gencar dan intens, selain juga menyediakan produk dan layanan yang bagus dengan harga bersahabat,” urai Soleh.
Soleh mengakui, pekerjaan rumahnya sebagai direktur tidaklah mudah. Ia masuk di saat banyak tantangan. Namun, baginya, tantangan menjadi sesuatu yang patut disyukuri dan dijadikan pembelajaran.
“Saya melihat tahun depan pertumbuhan di industri hotel akan lebih optimistis. Asumsinya, pemerintah sudah melakukan pembenahan untuk mengatasi kebocoran dan efisiensi sehingga perekonomian akan lebih baik,” pungkas Soleh.
KOMENTAR
0