Aryaduta Jakarta mengumumkan inisiatif terbarunya dalam melestarikan kebudayaan, salah satunya batik Indonesia yang masuk ke dalam Daftar Warisan Dunia. Belakangan ini, batik dianggap sebagai salah satu bentuk seni khas Indonesia yang sangat bernilai. Bahkan, setiap daerah di Indonesia memiliki motif batik yang khas.
Selalu ada cerita menarik di balik setiap motif batik yang dibuat. Sebagai contohnya, di Surakarta terdapat salah satu motif batik yang dinamakan Batik Truntum. Cerita di balik motif tersebut adalah tentang Raja Pakubuwono III yang membuat istrinya Ratu Beruk menjadi sedih karena keinginan Raja untuk menikahi selirnya demi mendapatkan keturunan. Kesedihan dari sang Ratu membuatnya pergi untuk bermeditasi, dan ia melihat bintang di langit pada malam itu.
Dari situlah, ia menggambar motif Batik Truntum untuk menghilangkan kesedihannya, yang justru membuat sang Raja mengubah pikirannya untuk tidak menikah lagi. Oleh karena itulah, jika dilihat kembali, motif Batik Truntum sangat identik seperti gambaran bintang di langit.
Dalam pameran kali ini, Aryaduta Jakarta memilih untuk berkolaborasi dengan Museum Seni Jakarta. “Dari kolaborasi ini, Aryaduta Jakarta berharap dapat menunjukkan indahnya budaya Indonesia kepada semua tamu, baik tamu lokal ataupun mancanegara. Ke depannya, Aryaduta Jakarta tentunya dengan senang hati akan menyediakan ruang bagi Museum Seni Jakarta untuk membuat sebuah pameran terkait keragaman budaya dari Indonesia karena kegiatan seperti ini sesuai dengan visi dari Aryaduta Jakarta sebagai ‘Iconic Indonesian Hotel’,” ujar Dirk Fischbach, General Manager Aryaduta Jakarta.
Tamu Aryaduta Jakarta juga dapat mencoba bagaimana cara untuk membatik ataupun melihat secara langsung bagaimana proses dalam membatik, dan tamu juga dapat membawa serta batik yang dibuatnya. “Tidak hanya batik, Museum Seni Jakarta juga membawa serta lukisan dari seniman lokal dan juga wayang bagi tamu yang memang memiliki ketertarikan lain selain kain batik. Yang menarik lainnya adalah akan diadakan juga proses menggambar dengan bahan dasar kopi,” ujar Esti Utami, Ketua Museum Seni Jakarta.
Tarian Lenggang Nyai sebagai bagian dari hiburan untuk para tamu pada acara ini adalah salah satu seni tari dari Betawi, yang terinspirasi oleh kisah hidup Nyai Dasimah. Tarian ini mengekspresikan keanggunan dan kelincahan wanita Betawi. Dibuat oleh Wiwik Widiastuti pada tahun 1998, seorang koreografer dari Yogyakarta, Lenggang Nyai menjadi bagian populer dan sering ditampilkan dalam acara seni dan pariwisata di dalam maupun luar negeri.
Tujuan dari acara ini adalah untuk mendorong masyarakat agar lebih bangga dengan warisan budaya mereka dan untuk menghargai bagaimana proses di balik pembuatan Batik dan apa saja upaya yang diperlukan untuk melindungi dan melestarikannya. Yang kedua adalah untuk menunjukkan betapa Indonesia memiliki banyak warisan budaya yang hebat yang pantas untuk dibanggakan.
KOMENTAR
0