Disinformasi Pandemi Menyebar Melalui Medsos

Monday, 23 August 21 Venue

Era transformasi ke dunia digital memerlukan etika. Hoaks menjadi dampak ketika tidak adanya etika digital. Hoaks saat ini mudah sekali disebarkan melalui media sosial atau aplikasi percakapan online.

“Saat ini dengan mudahnya orang menyebarkan informasi yang belum tentu benar tanpa di cek terlebih dahulu,” tutur Ari B. Wibowo, Kepala Bidang Kemitraan Siberkreasi, dalam Webinar Literasi Digital di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Jumat (20/8/2021).

Di era pandemi seperti sekarang ini terdapat infodemi yaitu gabungan dari kata informasi dan epidemi yang mengacu pada penyebaran yang cepat dan jauh dari informasi akurat dan tidak akurat tentang sesuatu, seperti penyakit.

Mengutip UNESCO, pandemi Covid-19 bukan hanya soal penyakit, tetapi juga penyebaran disinformasi pandemi (disinfodemi). Ini cukup berdampak pada kehidupan banyak orang dan mengakibatkan keresahan.

BACA JUGA:   Hindari Risiko Keamanan di Platform Digital, Ini Tipsnya

Dampak lain terkait infodemi tentu memicu kepanikan dan mengancam keselamatan diri, keluarga, serta lingkungan sekitar. Pada masa pandemi, setiap harinya orang rata-rata mendapat 3-5 hoaks baru tentang Covid-19 dan menyebar dengan cepat tanpa adanya konfirmasi.

Media sosial, kata dia, menjadi platform utama dalam penyebaran hoaks. Hal ini terjadi karena banyak orang yang menjadikan media sosial sebagai sumber infomasi tanpa mengeceknya terlebih dahulu. Selain itu juga, didasari pada lamanya durasi penggunaan media sosial dibandingkan aplikasi lainnya.

“Saat ini kita berada pada era pasca-kebenaran, yang menjadikan banyak orang lebih percaya informasi dari media sosial. Dengan demikian, penting untuk kita mengetahui cara mendeteksi hoaks.”

BACA JUGA:   Kekerasan Terhadap Perempuan di Dunia Maya

Ari mengatakan, biasanya hoaks menggunakan kata yang janggal dan cenderung provokatif, bahasa sensasional yang menggiring opini publik, judul dan isi kebanyakan tidak nyambung, serta kalimat sugestif seperti viralkan.”

Berdasarkan ciri tersebut, ketika menemukan hoaks dapat langsung mengeceknya di beberapa website seperti cekfakta.com dan turnbackhox.id atau melaporkannya. “Selain itu, kita dapat mencari informasi serupa dengan mesin pencarian. Saring sebelum menyebarkan. Apabila itu fakta dan berupa hal baik baru disebarkan ke orang lain. Hanya menyebarkan pesan atau informasi positif kepada orang lain juga merupakan bentuk menghargai orang lain di era digital agar tidak membuang waktu dan kuotanya.”

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, dan tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

BACA JUGA:   Zaman Berganti, Profesi Ini Tetap Banyak Yang Cari

Kegiatan ini merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan empat pilar utama, yaitu Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).