ASTINDO Sebut COVID-19 Berdampak Paling Parah

Friday, 17 April 20 Bonita Ningsih

Pandemi virus COVID-19 telah membuat banyak industri di dunia terganggu, khususnya pariwisata. Bahkan, sejak pertama kali masuk ke Indonesia pada Maret 2020, pariwisata domestik juga ikut terganggu sehingga banyak sektor yang dirugikan. Salah satu sektor yang terganggu di pariwisata ialah travel agent di Indonesia. Tidak adanya aktivitas perjalanan ke luar negeri maupun dalam negeri membuat penjualan menurun sehingga bisnis travel agent terjun bebas.

Berdasarkan data dari Asosiasi Travel Agent Indonesia (ASTINDO), saat Indonesia diumumkan terjangkit COVID-19, penurunan bisnis travel agent sudah di angka 75 persen. Namun, seiring dengan masifnya penyebaran COVID-19, pada April 2020 jumlah penurunan bisnisnya telah mencapai 94 persen.

Pauline Suharno, Sekretaris Jenderal ASTINDO, mengungkapkan, penyebaran COVID-19 ini mengkhawatirkan industri pariwisata, khususnya travel agent. Bahkan, jika dibandingkan dengan wabah penyakit lainnya, COVID-19 menjadi yang paling terparah untuk bisnis travel agent.

Pauline membandingkan kondisi serupa saat dunia sedang dilanda musibah virus Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) pada tahun 2003. Meskipun berasal dari jenis virus yang sama, yakni corona, wabah SARS saat itu dinilai masih lebih baik terhadap bisnis travel agent.

“COVID-19 ini lebih mengkhawatirkan karena impact-nya itu ke seluruh dunia. Kalau SARS, paling yang kena beberapa negara saja, seperti Singapura, Hongkong, China, dan negara lainnya,” jelas Pauline.

BACA JUGA:   Polytron Luncurkan Lemari Es dan Showcase Baru Ramah Lingkungan

Lebih sedikitnya negara yang terjangkit wabah virus SARS membuat travel agent masih dapat menggerakkan bisnisnya di kala itu. Pauline mengatakan, saat itu anggotanya masih dapat menjual paket destinasi ke negara-negara yang tak terdampak SARS dan menjual paket wisata domestik.

“Kalau sekarang kita lihat, penerbangan sudah banyak yang membatalkan perjalanannya karena COVID-19 ini. Permintaan pembatalan perjalanan dan refund juga sudah banyak dilakukan oleh pelanggan-pelanggan kita,” ucapnya lagi.

BACA JUGA:   NTT Luncurkan Empat Acara Pariwisata Utama di 2018

Kondisi ini diperparah dengan tidak bisa menjual paket wisata domestik di tengah pandemi COVID-19. Pasalnya, Indonesia juga tengah dihadapi situasi mengkhawatirkan karena setiap harinya selalu ada penambahan jumlah pasien positif COVID-19 yang tersebar di seluruh daerah.

“Padahal di Februari itu kita masih optimistis bisa menjual wisata domestik dan kebetulan penerbangan domestik menurunkan harga tiketnya karena mendapat subsidi dari pemerintah. Tapi, setelah Indonesia kena dan semakin banyak negara yang kena, ya sudah habis kita,” ungkap Pauline.

BACA JUGA:   Bus Bintang 5 untuk Dorong Pariwisata

Ia juga bercerita, sebelum COVID-19 dinyatakan masuk ke Indonesia, anggota ASTINDO masih banyak menerima pemesanan wisata domestik. Apalagi, menjelang Paskah dan bulan Ramadhan banyak masyarakat yang ingin melakukan wisata religi di dalam negeri.

“Mereka masih bisa menjual buat Ramadhan karena banyak yang ingin ziarah ke makam leluhurnya. Saat kita jual itu pun masih banyak pembelinya. Tetapi, sekarang sudah tidak ada sama sekali. Barang dagangan pun juga tidak ada buat travel agent,” katanya.