Semenjak pandemi COVID-19 menyerang hampir seluruh negara di dunia, pariwisata menjadi salah satu industri yang paling terdampak. Tak hanya dari leisure, perjalanan bisnis untuk kegiatan MICE pun mengalami pembatalan sehingga tidak ada lagi bisnis di industri pariwisata.
Beberapa waktu lalu, Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO) melakukan survei terhadap kesiapan pariwisata di seluruh dunia. Hasil survei menyebutkan bahwa perjalanan domestik akan kembali pulih dari awal Juli 2020. Sedangkan, untuk perjalanan internasional akan sedikit lebih lama pulihnya, yakni di kuartal akhir 2020 hingga awal 2021.
“Selain wisata domestik akan pulih lebih cepat, survei ini juga memperkirakan bahwa perjalanan untuk liburan akan lebih awal pulih ketimbang dengan perjalanan bisnis,” kata Mulya Amri, Research Director Katadata Insight Center.
Menanggapi hal tersebut, Wita Jacob selaku Chairman Indonesia General Manager Hotel Association, Jakarta Chapter, memiliki persepsi yang berbeda. Menurutnya, industri pariwisata dunia akan sulit pulih dalam waktu dekat, melihat masih banyak negara yang memiliki kasus COVID-19 dengan skala besar.
Bahkan, untuk pariwisata Indonesia, Wita tidak yakin akan dapat pulih dalam kurun waktu dua tahun mendatang. Hal ini berkaca dari pengalaman sebelumnya pada tahun 1998, di mana Indonesia mengalami krisis moneter sehingga mengganggu perekonomian negara, termasuk industri pariwisata di dalamnya.
Menurutnya, saat itu pemerintah Indonesia membutuhkan waktu paling cepat dua tahun untuk melakukan perbaikan ekonomi negara. Padahal, pada tahun 1998, hanya Indonesia yang mengalami kondisi tersebut, namun pemulihan ekonomi yang terjadi di negara ini berjalan cukup lambat.
“Menghadapi krisis moneter saja butuh waktu dua tahun, bagaimana dalam menghadapi pandemi ini? Apalagi, kondisi sekarang ini juga dirasakan oleh seluruh negara dunia, bukan hanya di Indonesia,” ujar Wita.
Oleh karenanya, Wita sebagai perwakilan dari pelaku industri pariwisata mencoba untuk realistis melihat kondisi yang terjadi saat ini. Apalagi, dengan persaingan bisnis hotel yang semakin ketat, membuat ia yakin bahwa pemulihan ekonomi pasca-pandemi ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
“Tapi, kita harus tetap optimistis melakukan langkah-langkah antisipasi agar bisnis kita masih tetap bertahan. Kita juga belajar dari pengalaman yang sudah pernah kita lalui, melihat hotel-hotel di tahun 1998 yang terkena krisis moneter, tetapi masih bisa bertahan hingga saat ini,” jelasnya lagi.
Beberapa langkah antisipasi yang nantinya akan dilakukan Wita diserap dari para pakar industri pariwisata. Ia tengah mempersiapkan langkah pemulihan di sektor hotel untuk menghadapi new normal yang dicanangkan oleh pemerintah, beberapa di antaranya ialah dengan melihat pasar saat ini dan mengedepankan teknologi di hotel.
“Teknologi memang menjadi solusi untuk saat ini, tetapi kita masih harus melakukan review di dalamnya. Masih banyak ancaman yang didapat dari sebuah teknologi, misalnya jaringan internet yang tidak stabil dan lainnya. Jadi, kita masih harus mempersiapkan itu semua,” ungkap Wita.
Ia juga meminta dukungan dari pemerintah jika ingin melakukan new normal dalam waktu dekat ini. Pasalnya, segala sesuatu yang terjadi di industri dalam negeri, tergantung dari kebijakan yang dibuat oleh pemerintah pusat dan kementerian terkait.
“Pemerintah harus mempermudah kebijakannya. Kalau di industri kita berarti sepenuhnya didorong oleh Kemenparekraf. Kalau memang mau memulainya, bisa fokus untuk wisata domestik dulu saja. Pokoknya, kalau industri kita didukung sepenuhnya oleh pemerintah, saya yakin Indonesia bisa lebih kuat,” ucapnya.
KOMENTAR
0