Setelah sukses dengan pergelaran Jawa Tengah Meeting & Incentive Forum (JTMIF) pada September tahun 2014 lalu yang menghasilkan transaksi sekitar Rp 8 miliar, majalah VENUE bersama EGO Global Network kembali menyelenggarakan acara serupa di Yogyakarta pada tanggal 27-29 Mei 2015, yakni Jogja MICE Forum 2015.
Jogja MICE Forum merupakan forum MICE yang pertama kali dilaksanakan di Yogyakarta. Bertempat di Hotel The Sahid Rich Jogja, Harry D. Nugraha selaku Ketua EGO Global Network menargetkan bahwa selama tiga hari penyelenggaraan acara ini akan tercipta total transaksi mencapai Rp 9 miliar. Jogja MICE Forum 2015 dihadiri 25 seller dan 40 buyer.
“Penyelenggaraan Jogja MICE Forum ini merupakan salah satu bentuk road show menuju acara puncak yang akan digelar pada akhir tahun ini, yaitu Indonesia MICE Outlook dan Indonesia MICE Award,” ujar Nurdin Alfahmi, Ketua Pelaksana Jogja MICE Forum. Indonesia MICE Outlook dan Indonesia MICE Award merupakan acara MICE tahunan yang diselenggarakan oleh majalah VENUE sejak tahun 2008.
Acara Jogja MICE Forum diawali dengan seminar pada hari pertama yang antara lain disampaikan oleh Harry D. Nugraha, Prof. Ir. Wiendu Nuryanti, dan Bapak Faisal Rahman dari pihak Sriwijaya Air selaku official airlines untuk acara ini. Harry D. Nugraha menyampaikan seminar dengan tema “Hospitality 3.0: Provocative & Inspirative”. Inti dari yang disampaikan oleh Harry adalah saat ini zaman sudah berubah, begitu juga dalam industri MICE. Sekarang bukan lagi zamannya untuk menjual dan berpromosi, tapi saatnya untuk mengedukasi dan mengakrabkan diri. Para seller tidak perlu lagi mempromosikan jualannya agar laku di konsumen, sebab konsumen saat ini lebih memilih penjual yang sudah dekat dan akrab, bukan penjual yang hanya sekadar menjual tanpa mengakrabkan diri. Ini adalah industri hospitality di mana yang eksis adalah yang lebih laku, kualitas nomor dua. Sekarang bukan lagi yang “besar” yang laku, tapi yang lebih “cepat” lah yang akan laku.
Sementara itu, Ibu Wiendu Nuryanti memaparkan seminar dengan tema “Pengembangan Wisata MICE Berbasis Budaya”. Wiendu mengharapkan Yogyakarta dapat berkembang sebagai kota MICE yang berbudaya sehingga orang-orang akan mengingat bahwa apabila ingin mengadakan MICE bertema budaya, maka Yogyakarta adalah tempat yang tepat. Ada empat konsep utama MICE berbasis budaya, yakni inovasi dan kreativitas, membangun material dan teknologi lokal, membangun image destinasi, serta pemberdayaan.
Terakhir, Bapak Faisal dari Sriwijaya Air mengungkapkan bahwa pihak Sriwijaya Air sedang berusaha untuk menjajaki bagaimana caranya agar Sriwijaya Air dapat berperan untuk meningkatkan industri MICE di Indonesia, salah satunya dengan membuka rute-rute baru dan menambah jumlah penerbangan. Seperti diketahui, kendala utama Yogyakarta menjadi kota MICE adalah akses transportasi udara yang terbatas. Saat ini, penerbangan langsung internasional menuju Yogyakarta hanya tersedia dari Kuala Lumpur dan Singapura. Selain itu, Bandara Adi Sutjipto juga hanya buka sampai jam 9 malam sehingga para pebisnis maupun wisatawan yang akan berkunjung ke Yogyakarta terbatas pilihan penerbangannya.
Penulis: Harrry Purnama
KOMENTAR
0