Pariwisata akan Menjadi Penyumbang Devisa Utama pada 2019

Wednesday, 18 October 17 Harry
Turis di kawah ijen
Foto: Venuemagz/Erwin

Dalam tiga tahun terakhir, pertumbuhan pariwisata di Indonesia masa pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla mencapai 15,68 persen. Hal itu disampaikan oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya dalam konferensi pers Capaian Tiga Tahun tema Pembangunan Ekonomi Baru dan Peningkatan Produktivitas untuk Menunjang Pemerataan di Gedung Bina Graha, Kantor Staf Kepresidenan, Kompleks Kepresidenan.

Arief menjelaskan, Presiden Joko Widodo menginginkan agar pariwisata menjadi sektor unggulan, dan dalam dua tahun ke depan industri pariwisata diprediksikan menjadi penyumbang devisa nomor satu di Indonesia.

BACA JUGA:   Singapura Tunjukkan Kinerja Terbaik Untuk Pemulihan Pariwisata

“Pada tahun 2014, sektor migas masih menjadi penyumbang devisa nomor satu, sedangkan pariwisata ada di peringkat keempat. Pada 2016, pariwisata menempati urutan kedua di bawah kelapa sawit. Di pariwisata ada alam, budaya, dan ada juga event man made yang bisa menggerakkan usaha kecil menengah seperti kuliner, suvenir, transportasi, dan lainnya,” kata Arief Yahya.

Arief menyebut dibandingkan dengan Malaysia, Singapura, dan Thailand, Indonesia jauh lebih unggul dalam hal pemasaran, sebab Kementerian Pariwisata berupaya terus memasarkan destinasi wisata yang ada di Indonesia. Arief mengatakan, pemerintah menargetkan untuk kunjungan wisman yang datang ke Indonesia dari 10 juta pada 2015 menjadi 15 juta wisman pada tahun ini. Hasil ini menambah pemasukan devisa negara dari US$12,33 miliar menjadi US$12,44 miliar. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara tersebut diharapkan tumbuh dua juta wisman pada 2018, dan kemudian menjadi 20 juta wisman pada 2019.

BACA JUGA:   Epson Luncurkan 5 Scanner Sekaligus

“Agar pariwisata tetap tumbuh, kita akan melakukan sertifikasi SDM di sektor pariwisata hingga 500.000 orang pada 2019. Pariwisata ini paling murah dan paling mudah diharapkan, bisa membuka 13 juta lapangan kerja,” ujar Arief Yahya.

Indonesia, kata Arief, kini disebut sebagai salah satu dari 20 negara dengan pertumbuhan paling cepat di sektor pariwisata. Pertumbuhan beberapa tahun terakhir mencapai 25,68 persen, jauh dibanding industri pariwisata di kawasan ASEAN yang hanya tumbuh tujuh persen.