Pariwisata menjadi sektor yang paling terdampak akibat pandemi COVID-19. Sebagai daerah yang menggantungkan perekonomiannya dari pariwisata, Bali merasakan dampak yang cukup berat.
Trisno Nugroho, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, mengatakan, jumlah kunjungan wisman periode Januari hingga Maret 2020 di Bali mengalami penurunan sebesar 21,82 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Penurunan terbesar berasal dari turis Cina sebesar 64,24 persen, India 34,4 persen, dan Malaysia.
Trisno memperkirakan pada triwulan kedua 2020 jumlah kedatangan wisatawan mancanegara akan turun lebih jauh lagi. Pada Januari hingga 17 Mei 2019, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali sebanyak 2,36 juta orang, sementara pada tahun 2020 turun menjadi 1,21 juta orang atau sebesar 48,72 persen. Sementara untuk kedatangan wisatawan domestik juga mengalami penurunan sebesar 38,71 persen, yaitu dari 1,62 juta orang menjadi 996.000 orang.
Penurunan kunjungan wisatawan di Bali berdampak langsung pada kelangsungan hidup industri perhotelan dan tenaga kerja yang berada di dalamnya sejak April 2020. Sebanyak 289 hotel mendaftar untuk melakukan penutupan sementara kegiatan operasional karena menurunnya tingkat okupansi. Sementara dampak pada tenaga kerja adalah sebanyak 3.988 orang di-PHK dan sebanyak 55.455 orang dirumahkan.
AA Ngurah Adhi Perdhana, Ketua Pansus Perda Standar dan Penyelenggaraan Kepariwisataan Budaya Bali, mengatakan, pendapatan dari sektor leisure dan MICE yang berpotensi hilang dari Januari hingga Oktober 2020 adalah sebesar US$310 juta atau Rp4,96 triliun.
Trisno menjelaskan, Bali berpeluang besar untuk segera kembali pulih. Pasalnya, jumlah kasus COVID-19 di Bali cenderung rendah dibandingkan provinsi lain, serta Bali memiliki kekuatan kelembagaan lokal (desa adat/banjar) yang solid.
“Peluang percepatan pemulihan sektor pariwisata cukup besar didukung oleh terkendalinya kasus COVID-19 di Bali, well established tourism infrastructure, kelembagaan dan kearifan lokal, citra Bali sebagai destinasi dunia, dan pemulihan ekonomi negara asal wisman utama Bali,” ujar Trisno.
“Pasca-pandemi terdapat perubahan pada preferensi traveler yang lebih memilih hotel berbintang dan mengutamakan aspek higienis, lebih memilih penerbangan langsung, lebih memilih aktivitas outdoor yang memiliki udara sejuk, self-driving, dan private tour,” ujar Trisno.
Selanjutnya untuk mempercepat pemulihan pariwisata Bali, Bank Indonesia Perwakilan Bali mengeluarkan empat rekomendasi, yaitu finalisasi penyusunan SOP percepatan pemulihan sektor pariwisata & program Clean, Healthy & Safe (CHS), menjajaki kemungkinan mekanisme kerja sama dengan negara wisman utama, dukungan anggaran bagi program percepatan pemulihan pariwisata di daerah, serta penguatan koordinasi dengan pelaku usaha dan stakeholder terkait.
KOMENTAR
0