Pelestarian Lingkungan di Destinasi Cagar Alam

Tuesday, 09 August 16 Venue

Pelestarian Lingkungan di Destinasi Cagar Alam

 

Para pelancong nusantara kerap membandingkan biaya perjalanan untuk pelesir di Singapura, Malaysia, dan Thailand jauh lebih murah ketimbang berwisata di dalam negeri. Misalnya, harga tiket ke Raja Ampat 200 persen lebih mahal ketimbang ke Singapura. Hal ini menciptakan citra buruk bagi pariwisata nasional.

 

Para pelancong perlu mengetahui, biaya mahal untuk pelesir ke wilayah terpencil yang berstatus cagar alam atau taman nasional, bukanlah sekadar hitung-hitungan bisnis. Namun untuk menjaga kelestarian alam. Membludaknya wisatawan ke taman nasional di satu sisi menyebabkan kerusakan dan kepunahan biota di dalamnya.

 

BACA JUGA:   Kolaborasi Kemenparekraf dan Flight Centre Travel Group untuk Tingkatkan Kunjungan Wisman Australia

Hal itu diungkapkan Direktur Perancangan Destinasi dan Investasi Kementerian Pariwisata, Frans Teguh. Menurutnya dalam rentang satu semester terjadi kerusakan terumbu karang di titik yang sama. Ia mengutip hasil penelitian para peniliti terumbu karang Eropa yang melakukan penelitian pada 2015. Hasil kajian mereka, menurut Frans Teguh, mereka melakukan pengeboman dan penggunaan jala serta kapal motor saat menangkap ikan.

 

Walaupun luas kerusakan karang tidak dalam area yang luastersebut tidak terjadi dalam skala luas, namun ini adalah bentuk peringatan terhadap dunia pariwisata Indonesia. Padahal Raja Ampat disebut surge karena keragaman biota lautnya yang paling lengkap di dunia. “Ini menandakan kita harus mengelola. Kalau tidak dan malah menghancurkan, daya tariknya juga akan berkurang,” ujar Frans.

BACA JUGA:   MICE Sumbang 8,1 Juta Wisman ke Korea Selatan

 

Selain itu, terdapat pembangunan resort yang tak ramah lingkungan. Misalnya, pengelola resort memangkas habis pepohonan, yang menyebabkan lumpur terjun bebas ke laut saat hujan terjadi di kawasan Raja Ampat. Hal ini mengakibatkan kerusakan terumbu karang.

 

Sementara itu Gregorius Dimas H.P., dari Center for Event and Tourism Studies menyatakan pembatasan wisatawan sangat penting. Biaya mahal untuk menjangkau Raja Ampat merupakan salah satu filter agar masyarakat tak berbondong-bondong ke wilayah itu.

 

“Campur tangan manusia yang berlebihan akan merusak Raja Ampat. Sekali rusak, alam sangat sulit untuk kembali seperti sedia kala,” ujarnya. Ia juga menyarankan kepada pengelola, agar Raja Ampat bukan menjadi destinasi wisata massal, namun harus menjadi destinasi premium dengan kuota kunjungan yang ketat. Untuk meminimalkan kunjungan wisatawan agar cagar alam di Raja Ampat terjaga kelestariannya. 

BACA JUGA:   NTT Siap Terima Wisatawan Lagi

 

Penulis: Ludhy Cahyana