Sawit Hilang, Pariwisata Terbilang

Monday, 20 March 17 Venue

Sebagai wujud komitmen memajukan pariwisata Riau dan Indonesia, Pemerintah Provinsi Riau meluncurkan Kalender Acara 2017 dengan tagline “Riau Menyapa Dunia”. Acara peluncuran kalender acara tersebut berlangsung pada 16 Maret 2017 di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata.

Arsyadjuliandi Rachman, Gubernur Riau, mengatakan, selama ini Riau dikenal sebagai penghasil minyak dan kelapa sawit. Namun, sejak 2015, kondisi industri minyak dan sawit kurang begitu baik. Karena itu, masyarakat Riau sekarang menggantungkan hidupnya dari sektor pariwisata. Dengan kekayaan alam dan budaya yang dimiliki, Riau berani mencanangkan dirinya sebagai salah satu destinasi wisata yang bersaing.

“Untuk sekarang ini kita tidak main-main memajukan pariwisata. Kita serius, sebab tidak mungkin lagi mengharapkan industri minyak. Untuk memajukan pariwisata di Riau, kami juga menyadarkan masyarakat untuk menjaga alam yang dimilikinya, supaya tidak membakar hutan lagi,” kata Arsyadjuliandi.

BACA JUGA:   InterContinental Bali Resort Raih Penghargaan Resor Tepi Pantai Terbaik

Arsyadjuliandi mengatakan, Riau memiliki tujuan wisata minat khusus dan petualang. Bono di Kuala Kumpar misalnya, yang memiliki gelombang sungai dengan ketinggian enam meter. Gelombang tersebut menjadi favorit bagi para peselancar mancanegara. Arsyadjuliandi menambahkan, wisman yang datang ke Bono maupun ke Riau mayoritas masih dari negara-negara di Asia Pasifik, seperti Malaysia, Singapura, Thailand, dan Australia.

Arief Yahya, Menteri Pariwisata Republik Indonesia, mengatakan, Riau memiliki sebanyak 57 acara pada tahun 2017 ini. Arief menyarankan agar kalender acara tersebut berjalan sesuai dengan jadwalnya karena akan menjadi patokan timeline untuk wisatawan yang berkunjung ke Riau. Arief menambahkan, pada tahun ini ada tiga acara utama di Riau yang ditetapkan menjadi prioritas, yaitu Festival Bekudo Bono, Bakar Tongkang, dan Pacu Jalur.

BACA JUGA:   Wisatawan Menurun, Industri Duty free Terancam

“Kalau di Jawa Tengah (ada) Borobudur, di Sumatera Utara (ada) Danau Toba, wisata di Riau adalah Bono, sebab memang sudah dikenal di seluruh dunia. Semoga dapat mencapai sasaran secara optimal,” kata Arief Yahya.

Pada kesempatan itu, Arief juga menyebutkan tiga keunggulan yang dimiliki Riau. Pertama, Riau memiliki kedekatan jarak dengan negara-negara tetangga. Kedua, Riau memiliki proximity atau kedekatan budaya dengan negara-negara di semenanjung Melayu. Ketiga, pendapatan per kapita Riau merupakan yang terbesar ketiga di seluruh Indonesia, yakni sebesar US$9.000, setelah Jakarta dengan U$15.000 dan Kalimantan Timur dengan US$13.000.

BACA JUGA:   Kemenparekraf Membentuk Indeks Khusus Emiten Sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Namun, Arief Yahya menyayangkan bahwa jumlah kunjungan wisatawan ke Riau masih rendah. Pada tahun lalu, Riau dikunjungi 4 juta wisatawan domestik dan 70.000 wisatawan mancanegara. “Jumlah kedatangan wisman itu masih minim untuk sekelas provinsi. Maka saya targetkan Riau akan dikunjungi 1 juta wisman pada tahun ini sehingga lebih terpacu memajukan pariwisata Indonesia,” kata Arief.

Penulis: Ahmad Baihaki