Strategi Indonesia Merebut Pasar Timur Tengah

Wednesday, 30 September 15 Venue

Pasar Timur Tengah menjadi peluang Indonesia untuk mencapai target 20 juta wisatawan mancanegara pada tahun 2019. Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO) mencatat, terdapat 30 juta wisatawan asal Timur Tengah yang melakukan perjalanan setiap tahunnya. Namun, hanya 1 juta yang menyambangi kawasan ASEAN.

Issam AbdulRahim Kazim, CEO Dubai Corporation for Tourism and Commerce Marketing (DCTCM), menuturkan, Dubai merupakan salah satu market paling potensial di kawasan Timur Tengah. Setidaknya, 2 juta penduduk Dubai bepergian ke luar negeri setiap tahunnya dengan pengeluaran mencapai US$1.500 hingga US$2.000 per kunjungan. “Wisatawan yang membawa keluarga biasanya berkunjung lebih lama, yaitu 5-7 hari, dengan pengeluaran dua kali lebih besar,” ujarnya.

BACA JUGA:   Pengembangan Dan Investasi Pariwisata, Dua Senjata Utama Kementerian Pariwisata

Menteri Pariwisata, Arief Yahya, menjelaskan, pada 2014 Indonesia mencatat pertumbuhan kunjungan wisatawan asal Timur Tengah sebesar 26 persen atau sekitar 170.000 wisatawan, dengan pengeluaran mencapai US$1.400 hingga US$1.700 per orang. “Pasarnya bagus dengan konektivitas yang memadai. Setidaknya, ada tiga maskapai besar Timur Tengah yang masuk ke Indonesia, yaitu Etihad Airways, Qatar Airways, dan Emirates Airline,” katanya.

Sepanjang 2015, Kementerian Pariwisata menargetkan mampu melambungkan kunjungan turis asal Timur Tengah hingga 50 persen atau sekitar 340.000 wisatawan. Untuk dapat mencapai target tersebut, Kementerian Pariwisata akan menjalankan dua strategi utama. Pertama, menentukan tema yang akan ditawarkan kepada pasar Timur Tengah. “Tipe wisatawan Timur Tengah itu kerap bepergian dengan keluarga. Karena itu, kami akan menyasar family tourism atau wisata keluarga,” tuturnya.

BACA JUGA:   Sandy Canester dan REGAR Ciptakan Genre Musik Urban Melayu 

Kedua, kesiapan destinasi. “Selain Jakarta dan Bali, kami menawarkan tiga destinasi lain berbau syariah, di antaranya Aceh, Nusa Tenggara Barat, dan Sumatera Barat,” ujar Arief Yahya.

Di lain pihak, Asnawi Bahar, Ketua Umum DPP Asosiasi Biro Perjalanan Wisata (Asita), mengatakan, Indonesia diuntungkan dengan status sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia yang mencapai 178 juta jiwa atau sekitar 96,4 persen dari total penduduk. Selama ini, katanya, wisatawan Timur Tengah cenderung memilih Malaysia sebagai tempat berlibur, padahal Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan wisata syariah.

BACA JUGA:   Peran Bureau International des Expositions (BIE) dalam Pameran Utama Dunia

“Kalau mau menggaet pasar Timur Tengah, kita harus menentukan dengan jeli produk wisata apa yang akan dijual dan memilih destinasi terbaik yang akan dipromosikan. Apalagi, pelemahan rupiah saat ini dapat menjadi alternatif tempat wisata murah bagi mereka,” katanya.

Penulis: Siska Maria Eviline