Tujuh Aspek dalam Mengembangkan Desa Wisata di Indonesia

Monday, 02 August 21 Bonita Ningsih

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) terus berupaya untuk mengembangkan desa wisata yang ada di beberapa provinsi Indonesia. Beberapa upaya telah ditempuh Kemenparekraf di antaranya menggelar ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021 serta menghadirkan Bimtek dan Workshop Online ADWI 2021.

Untuk mengembangkan desa wisata, Kemenparekraf, membutuhkan tujuh aspek di dalamnya. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, menjelaskan tujuh aspek tersebut adalah homestay, toilet, suvenir, desa digital, CHSE, konten kreatif, dan daya tarik.

BACA JUGA:   Bukan di Jakarta, Lapangan Golf Terbaik Indonesia Ada di Bandung

“Ini yang akan menjadi fokus pengembangan desa wisata di Indonesia. Tujuannya adalah untuk memastikan agar desa wisata dapat menjadi salah satu motor penggerak perekonomian masyarakat,” ujar Sandiaga.

Menurut Sandiaga, ketujuh aspek tersebut juga dijadikan sebagai kategori yang diperlombakan dalam ajang ADWI 2021. Dengan harapan, desa wisata dapat benar-benar membuka lapangan kerja dan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar.

“Ketujuh kategori ini merupakan aspek-aspek yang menjadi istilahnya sebagai tampak depan, tampak samping, tampak belakang, dan tampak dalam dari desa wisata. Hal ini yang akan kita pastikan untuk diperbaiki dan ditingkatkan. Dengan pulihnya ekonomi, pariwisata bangkit, insya Allah lapangan kerja terbuka,” jelasnya.

BACA JUGA:   Kamala Resort, Hotel Baru di Kawasan Poltekpar Bali 

Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf, Vinsensius Jemadu, juga mengatakan agar pengelola desa wisata lebih peka dengan lingkungan sekitar. Pengelola desa wisata diminta dapat mengidentifikasi keunggulan desanya untuk dapat dikembangkan sebagai daya tarik.

Nantinya, keunggulan tersebut dapat dibungkus secara baik dalam sebuah story telling. Vinsensius juga menyarankan agar setiap desa wisata memiliki tata kelola manajemen yang baik sehingga yang menjadi keunggulan tersebut dapat memberikan dampak baik secara ekonomi, sosial budaya, dan pelestarian lingkungan.

BACA JUGA:   Kementerian Pariwisata dan MUI Kembangkan Wisata Halal

“Semua dampak atau manfaat dari tata kelola yang baik menjadi pilar utama dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan,” ucap Vinsensius.