Artotel, Estetika dalam Fungsi Hotel

Wednesday, 08 November 17 Harry
Artotel Indonesia

Di tengah persaingan ketat industri perhotelan nasional, hotelier harus jeli dalam menangkap kebutuhan pasar. Melahirkan desain unik guna menggaet lebih banyak tamu merupakan salah satu siasat untuk menjaga jarak dari kompetitor. Pada akhirnya, mereka sukses mendobrak pakem konvensional dalam merancang facade dan interior hotel dengan target pasar orang-orang yang menghargai seni.

Konsep inilah yang coba ditawarkan Artotel Indonesia di setiap propertinya. Sebagai hotel butik, Artotel Indonesia mengawinkan fungsi hotel sebagai hunian dengan konsep galeri seni kontemporer. Tak heran apabila di setiap sudut hotel terdapat karya seni dalam format instalasi, mural, dan lukisan.

Eduard R. Pangkerego, Corporate General Manager Artotel Indonesia, mengatakan, setiap properti Artotel ibarat galeri yang mempunyai kamar. Untuk menghadirkan seni kontemporer di setiap sudut hotel, Artotel menggandeng 12 seniman Indonesia yang memiliki pengalaman berkiprah di luar negeri.

“Skema kerja sama dengan mereka adalah kami membangun terlebih dahulu fisik hotelnya, setelah itu baru para seniman ini melukis. Dalam prosesnya, kami memilih sendiri pelukis, pematung, seniman jalanan, hingga fotografer yang akan kerja sama. Kami memberikan kebebasan mengeksplorasi imajinasi kreatif mereka untuk ditampilkan di dalam hotel,” katanya.

BACA JUGA:   Farriek Tawfik: "Cruise Mahal itu Image Kuno"

Eduard menjelaskan, setiap properti Artotel dikerjakan oleh seniman berbeda, dengan art work yang berbeda pula. Artotel Surabaya, misalnya, hadir dengan warna identitas oranye. Tangga di hotel ini difungsikan sebagai “kanvas” para seniman. Sementara Artotel Thamrin Jakarta mengusung warna ungu dengan facade sebagai media lukis.

Perbedaan inilah yang, menurut Eduard, akan memberikan pengalaman berbeda kepada tamu ketika memasuki hotel. Apalagi Artotel mengakomodasi karya seniman lokal dengan menyediakan ART Space yang dapat dinikmati oleh setiap tamu hotel. “Kalau di Surabaya, ART Space kami tempatkan di lobi, sedangkan di Jakarta berada di lantai dua. Jadi, ART Space ini berfungsi sebagai galeri atau ruang ekshibisi karya seni kontemporer para seniman lokal yang kami lakukan secara berkala,” ujarnya.

BACA JUGA:   Anang Sutono, Direktur Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung: “SDM Pariwisata, Quality or Die!”

Selain memberikan kesan unik dalam hotel, Artotel juga melengkapi kamar dengan sederet fitur modern, seperti akses Internet nirkabel, mesin multi-minuman Dolce Gusto, dan iPod dock. Tiap-tiap properti juga dibekali dengan restoran bernama Restaurant of Contemporer Art (ROCA), ruang pertemuan, dan BART (Bar at the Roof Top).

Properti yang berdiri sejak tahun 2011 ini didukung 250 karyawan yang diberikan kebebasan untuk mengekspresikan diri. “Kami memberikan karyawan kebebasan untuk memiliki tato, memanjangkan rambut bagi karyawan laki-laki, berambut mohawk, dan mempunyai tindikan. Bukan tampilan fisik yang kami tonjolkan, tetapi lebih mengutamakan skill sebagai hotelier dengan tetap menjunjung tinggi keramahtamahan,” paparnya.

Hingga semester awal 2015, Artotel mengoperasikan dua hotel dengan 213 kamar yang dipusatkan di Surabaya dan Jakarta. Artotel Surabaya, yang diresmikan 7 Juli 2012, dibekali 106 studio dengan garis rancang arsitektur kolonial yang diberi sentuhan kontemporer. Sementara Artotel Thamrin beroperasi sejak 17 Oktober 2013 dengan 107 studio.

BACA JUGA:   Dua Nama Besar Pelopor Penulisan Pariwisata di Indonesia

Pada 18 Desember 2015, Artotel menargetkan untuk mengoperasikan properti ketiga di Sanur, Bali. Properti baru yang akan menonjolkan warna merah muda dengan tampilan seni mural di salah satu sudutnya itu akan didukung oleh 89 studio. “Untuk kamar di Sanur, kami memadukan arsitektur modern dengan unsur lokal yang diaplikasikan melalui layang-layang tradisional khas Bali. Hal ini karena Sanur terkenal dengan festival layang-layang,” imbuhnya.