Inovasi dan jeli membidik segmen pasar merupakan kunci sukses Antheus Indonesia bertahan di tengah ketatnya bisnis pameran dalam negeri. Sejak didirikan pada September 1994, Antheus Indonesia lebih banyak menangani event berbau entertainment. Sebut saja One Day Celebration Party yang digelar di Manggala Wanabakti pada 31 Desember 1995 dan melibatkan 350 peserta.
Pada 1995, Antheus Indonesia mulai berpameran di Jakarta Convention Center (JCC) dengan menggelar Convention on Biological Diversity di atas area seluas 2.000 meter persegi dan melibatkan 50 partisipan. Santo Widjaja, Presiden Direktur Antheus Indonesia, mengatakan, kala itu kompetisi industri pameran belum seketat saat ini. Jumlah event organizer (EO) saat itu juga masih minim dan belum ada pemain asing.
“JCC juga lebih banyak digunakan untuk pameran bersifat business to costumer (B2C) karena industri dalam negeri kala itu bergerak progresif dan produsen membutuhkan wadah untuk menjual produk mereka. Peluang inilah yang kami tangkap,” katanya.
Ketika krisis ekonomi melanda Indonesia pada periode 1998-1999, Antheus Indonesia tak lantas karam. Setidaknya, selama dua tahun tersebut, perusahaan yang dibidani Santo Widjaja itu sukses menggelar 10 event di bidang furnitur, investasi, lingkungan hidup, makanan, hingga otomotif. “Sebagian besar kami gelar di JCC dengan luas area pameran berkisar 2.000-4.000 meter persegi,” imbuhnya.
Sayang, medio 2000, kompetisi pameran nasional kurang kondusif akibat banyaknya pemain baru bermunculan dengan etika bisnis minim. ”Mereka kerap banting harga saat lelang sehingga persaingan menjadi tidak sehat. Kondisi itu sangat memengaruhi bisnis Antheus Indonesia,” tuturnya.
Di akhir tahun 2000, Antheus Indonesia dipercaya untuk menggarap Police Expo 1999 yang sekaligus menjadi titik balik perusahaan itu menggarap pasar pemerintahan, BUMN, dan pemerintah daerah. Santo mengakui, pasar pemerintah sangat potensial. Dari 70 event yang digelar Antheus Indonesia selama periode 1995-2015, sekitar 65 persen di antaranya berasal dari segmen pemerintah.
“Dalam sebulan kami bisa menggarap tujuh hingga delapan event pemerintahan,” kata Santo.
Salah satu event tahunan pemerintah yang digarap Antheus Indonesia dan telah digelar sebanyak 19 kali adalah Pekan Lingkungan Indonesia di bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
“Kami juga menggarap Gelar Sepatu, Kulit, dan Fashion Produksi Indonesia 2015 milik Kementerian Perindustrian di JCC pada 1-5 Juli 2015. Untuk pasar asosiasi, kami dipercaya Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) untuk menggarap Indonesia City Expo sejak tahun 2003,” tuturnya.
Tak hanya di dalam negeri, Antheus Indonesia juga dipercaya menangani sejumlah pameran pemerintah di luar negeri, di antaranya Bangkok International Fashion Fair & Bangkok International Leather Show (BIF & BIL) di Bangkok, Thailand, di mana Antheus Indonesia dipercaya menjadi event organizer sejak tahun 2009.
“Khusus pameran pemerintah di luar negeri, kami memang lebih banyak menangani event pariwisata dan tekstil,” tutur Santo.
Meski pasar cukup menggiurkan, tapi segmen pemerintah tak jauh dari tantangan. Menurut Santo, dalam sebulan Antheus bisa menggarap tujuh hingga delapan event pemerintahan. Santo mengatakan, dalam mengerjakan pameran pemerintah ada beberapa hal yang harus diantisipasi, misalnya penunjukan yang kerap kali mendekati waktu pelaksanaan, syarat keikutsertaan lelang terbilang rumit, dan penawaran harga harus rasional.
Santo menambahkan, tantangan lain yang kerap dihadapi adalah kepastian skala pameran baru dapat diketahui saat pemerintah mengajukan anggaran dan laporan pertanggungjawaban harus lengkap dan terperinci. “Namun, menggarap event pemerintahan memberikan kami kesempatan untuk terlibat langsung dalam kampanye program pemerintah,” ujarnya.
Ekspansi Pameran
Tingginya kompetisi industri pameran membuat Antheus Indonesia merancang strategi untuk melakukan diversifikasi bisnis. Salah satu langkah yang diambil perusahaan dengan 40 karyawan ini adalah memboyong dua pameran internasional di bidang chemical dan produk impor ke Jakarta.
“Melihat kesuksesan pameran chemical yang digelar setiap tahun di Tiongkok dengan luas area pameran mencapai 100.000 meter persegi, kami mencoba membawanya ke Indonesia. Tentu, skalanya tidak akan sebesar di Tiongkok karena kami akan memulainya dengan luasan 5.000 meter persegi,” katanya.
KOMENTAR
0