Hengkangnya Regent dari Sanur memberi pelajaran penting tentang rumitnya bisnis manajemen hotel. Baru sekitar setahun beroperasi, akibat ketidakcocokan antara investor dan Regent, hotel tersebut memindahkan pengelolaannya ke Fairmont.
Di tengah banjir investor hotel di Indonesia, perusahaan manajemen hotel pun bermunculan, salah satunya Kagum Hotels. Pada tahun 2015, perusahaan asal Bandung ini menaungi kurang lebih 55 hotel di Indonesia, dengan proyeksi 168 hotel dalam empat tahun ke depan. “Pemilihan angka itu karena saya suka dengan angka 68. Harapan saya, nanti anak-anak akan menambahkan angka satu di depan angka 68,” kata Henry Husada, Presiden Direktur Kagum.
Hotel-hotel di bawah payung Kagum melayani beragam segmen. Di kelas bujet, mereka memakai merek Zodiak. Untuk bintang tiga, ada merek Serela. Khusus bintang empat, ada Golden Flower, Grand Serela, dan Gino Feruci. Di luar itu, ada kategori khusus bernama private collection, yakni properti pihak ketiga yang dikelola oleh Kagum, contohnya Oak Tree, Grand Tjokro, dan Amaroossa.
Meski bermarkas di Bandung, jaringan bisnis Kagum cukup luas. Kagum bercokol dari kota besar hingga kawasan pelosok. Menurut Asep Supardi, Director of Operations Kagum, perusahaannya sedang menambah koleksi hotelnya di Bogor, Yogyakarta, Jakarta, Samarinda, dan Balikpapan. Dalam waktu dekat, grup ini juga akan berekspansi ke Raja Ampat dengan hotel bintang empat bermerek Gino Feruci. Ini keputusan yang berani, sebab penginapan di Raja Ampat umumnya berbentuk resor premium bertarif ratusan dolar per malam.
“Ke depannya, ekspansi yang kami lakukan lebih banyak menghadirkan hotel bintang tiga ke atas,” ujar Asep.
Lokasi yang strategis menjadi kriteria utama bagi sebuah hotel untuk dikelola Kagum. “Hotel di Balikpapan dekat dengan bandara. Hotel di Bogor berada di wilayah Padjadjaran. Dengan lokasi yang strategis, nantinya baik untuk kami, investor, maupun yang lainnya,” jelas Asep.
Dalam hal promosi, merek lokal ini juga mulai menatap tren global. Selain promosi konvensional lewat pameran dan pertemuan table top, Kagum mulai menggarap promosi di dunia maya. “Untuk promosi online, kami mengoptimalkan engine sendiri dengan nama Kagum ibooking, tidak menggunakan Agoda maupun portal booking online lainnya,” ujar Asep.
Selain menambah koleksi hotel, Kagum menatap dua agenda besar. Pertama, ekspansi ke bisnis taman rekreasi. “Ekspansi bisnis kami sudah kami lakukan dengan Kagum Land dan Kagum Property. Kami juga mau membuat Kagum Park,” terang Henry.
Taman 12 hektare itu sedang dalam proses konstruksi. Lokasinya di Jalan Setiabudi, Bandung. “Kami akan memberikan penampilan taman internasional, namun dengan nuansa tradisional. Bandung terkenal dengan kota bunga, nah bunganya ini yang akan saya jadikan ikon,” ujar Asep.
Agenda kedua adalah melakukan penawaran umum saham perdana (IPO). “Kami rencananya akan go public. Untuk persiapan, manajemennya harus diperbaiki. Kemudian sebentar lagi kami akan mendapatkan ISO 9001,” ujar Hendry.
Kagum bermula dari bisnis factory outlet (FO). Pada tahun 1991, Henry Husada mendirikan Korek Api Jeans di Jalan Cihampelas, Bandung. Kemudian, ia melebarkan sayapnya dengan membuka 20 FO lainnya. Terpilihnya Bandung sebagai tuan rumah KTT Asia Afrika 2005 menjadi titik balik dalam kerajaan bisnis Henry. Melihat tingginya kebutuhan akomodasi saat itu, dia mengerek sebuah hotel mungil di Jalan Riau.
Kehadiran Jalan Tol Cipularang membuat arus wisatawan ke Bandung kian deras. Hotel mungil bernama Serela itu lalu merekah dan bercabang. Henry pun membangun hotel baru di beberapa kota, seperti Jakarta, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Medan, dan Bali. Sejarah yang dimulai dari FO diabadikan dalam nama grup: Kagum, akronim dari Korek Api Guna Mandiri. Bagi Henry, korek api menyimpan filosofi yang menarik. Kendati terkesan remeh-temeh, benda ini punya manfaat besar. Melihat agenda-agenda ekspansif Henry, “korek api” asal Bandung ini sepertinya akan menyala kian terang.
Penulis: Pasha Ernowo
KOMENTAR
0