Akhir tahun 2014 menjadi titik awal kebangkitan PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) setelah rugi Rp634 miliar pada tahun 2013. Menurut Akhmad Sujadi, Manajer Komunikasi dan Hubungan Kelembagaan PT Pelni, kerugian itu disebabkan oleh dua faktor utama. Pertama, kebocoran penumpang sebesar 17 persen akibat tidak mampu bersaing dengan transportasi modern lain, seperti pesawat terbang dan bus yang lebih efisien dari sisi waktu. Kedua, beban biaya bersandar kapal-kapal rusak dan tua cukup besar.
Sujadi mengatakan, kapal-kapal tersebut membutuhkan biaya parkir, honor anak buah kapal (ABK), dan bahan bakar minyak (BBM) mencapai Rp1 miliar per kapal. Menyiasati kerugian ini, Pelni menjalankan efisiensi selama tahun 2014 dengan menjual tiga kapal tua-yang terdiri dari dua kapal penumpang dan satu kapal barang-senilai Rp28 miliar per kapal. “Efisiensi itu sukses menghasilkan keuntungan Rp10 miliar,” kata Sujadi.
Tahun ini, kebangkitan Pelni ditandai empat langkah strategis. Pertama, membidik wisata bahari sebagai lini bisnis baru dengan menawarkan konsep hotel terapung bagi wisatawan. Sujadi tidak menampik, bisnis wisata bahari merupakan barang baru bagi Pelni. Destinasi Raja Ampat misalnya, saat diuji coba pada Agustus 2014 dengan KM Tatamailau, 76 wisatawan berhasil dibawa. Sementara Wakatobi disambangi KM Kelimutu pada September 2014 dengan memboyong 46 wisatawan. Namun, Sujadi optimistis prospek wisata bahari akan cerah akibat tingginya animo masyarakat.
“Kami menawarkan paket wisata bahari di bawah banderol kapal pesiar. Seperti Raja Ampat, ketika pertama kali kami perkenalkan, harganya Rp4,7 juta, termasuk makan, hotel (di kapal), dan snorkeling. Apabila ingin diving, wisatawan dapat langsung bertransaksi dengan operator yang telah kami gandeng. Kami ingin membawa destinasi wisata bahari lebih dekat dengan masyarakat Indonesia,” katanya.
Kedua, merevitalisasi kapal dengan dana public service obligation (PSO) sebesar Rp1,6 triliun. Sujadi mengatakan, tahun ini pihaknya akan merevitalisasi 24 kapal, meliputi penutupan bagian kapal yang mulai berlubang, pengecatan badan kapal, perbaikan toilet, hingga pemasangan sekat pada kamar ekonomi.
Sejumlah perbaikan fasilitas juga dilakukan demi menjamin kenyamanan penumpang, seperti membangun mini gym, trek joging, tenis meja, bioskop mini, arena bermain anak, serta minimarket. Pembenahan menu makanan dan minuman di restoran kapal juga dilakukan dengan mendatangkan koki berpengalaman dan menerapkan standar restoran berbintang pada operasionalnya.
Ketiga, transformasi manajemen dan pemanfaatan teknologi digital. Pada 21 Mei 2014, Sulistyo Wimbo Hardjito ditunjuk sebagai Direktur Utama PT Pelni menggantikan Syahril Japarin, dengan fokus utama peningkatan kualitas SDM. “Kami juga tengah memperbaiki sistem IT, menerapkan tiket elektronik, dan membangun contact center. Ke depan, kami akan lebih mengarah pada sistem digital,” tuturnya.
Keempat, penambahan armada dengan membeli enam kapal barang bekas dengan anggaran Rp500 miliar. Dengan semua perubahan tersebut, tahun 2015 ini Pelni menargetkan keuntungan Rp151 miliar dari seluruh kegiatan usaha dan aset. Setelah 63 tahun beroperasi, Pelni kini memiliki 28 kapal yang terdiri atas 25 kapal penumpang dan tiga kapal barang dengan 1.200 rute pelayaran.
Penulis: Pasha Ernowo
KOMENTAR
0