Oman siap bersaing dengan Dubai dan Abu Dhabi dalam merebut pasar MICE Timur Tengah. Sebagai langkah awal, negara di Semenanjung Arab itu tengah merampungkan pembangunan proyek Oman Convention and Exhibition Centre (OCEC) yang bernilai US$1,8 miliar atau sekitar Rp24,57 triliun (US$1=Rp13.650).
Salim Al Mamari, Direktur Jenderal Promosi Pariwisata, Kementerian Pariwisata Oman, menegaskan, OCEC merupakan investasi penting bagi negara berpopulasi 3,6 juta jiwa itu. Pusat konvensi dan event MICE dipercaya mampu menggaet lebih banyak wisatawan mancanegara untuk berkunjung. “Kami percaya, industri MICE mampu menyokong tumbuh kembang pariwisata Oman pada masa depan. Kami menargetkan, pada tahun 2020, OCEC mampu menggelar 450 event,” katanya.
Apabila OCEC beroperasi pada September 2016, dapat dipastikan tingkat kompetisi industri MICE di kawasan Timur Tengah akan semakin bergeliat. Sejauh ini, industri MICE Timur Tengah didominasi Uni Emirat Arab (UEA) dengan dua destinasi utamanya, Abu Dhabi dan Dubai. Mengacu pada peringkat Asosiasi Kongres dan Konvensi Internasional (ICCA) pada tahun 2014, Dubai berada di urutan 44, sedangkan Abu Dhabi menempati posisi 108 dunia.
Berdasarkan studi TCA Abu Dhabi dan ADNEC, bisnis event menyumbang RO250 juta atau sekitar Rp8,75 triliun terhadap perekonomian Abu Dhabi pada tahun 2010. Sementara Dubai, yang ditopang oleh sektor MICE, entertainment, dan retail, disambangi 13,2 juta pengunjung pada tahun 2014.
Oman, menurut Al Mamari, mengandalkan pariwisata sebagai penggerak perekonomian, selain perdagangan, perminyakan, pertanian, dan manufaktur. Dalam laporan yang dirilis World Travel & Tourism Council, pada tahun 2025, pariwisata ditargetkan menyumbang US$8,38 miliar (Rp114,38 triliun) atau sekitar 7,3 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) Oman. Pada tahun 2014, pariwisata menyokong PDB Oman sebesar US$4,4 miliar (Rp60,06 triliun) atau mencapai 5,7 persen.
Industri pariwisata, tutur Al Mamari, menyediakan 90.600 lapangan pekerjaan dan diproyeksikan naik 7,5 persen, atau sekitar 143.400 lapangan kerja pada tahun 2025. Negara ini juga kedatangan 2,02 juta wisatawan mancanegara pada tahun 2014 dengan spending mencapai RO743,8 juta atau sekitar Rp26,03 triliun. Angka itu diprediksi naik 7,1 persen pada 2025, dengan 3,49 juta wisman dan spending RO1,565 miliar, atau setara Rp54,77 triliun (RO1=Rp35.000).
Di lain pihak, Gillian Taylor, Director of Business Development Oman Convention and Exhibition Centre, mengatakan, rencana pengembangan OCEC pertama kali dicetuskan pada tahun 2011. Tiga tahun kemudian, proses konstruksi dimulai di bawah komando Omran, sebuah perusahaan pelat merah yang bergerak di bidang pengembangan dan investasi pariwisata, dengan dua fase pengerjaan. Pertama, pengembangan ruang pameran berluas 22.000 meter persegi yang terbagi atas lima ruang, termasuk di dalamnya auditorium berdaya tampung 450 kursi dan orchestra pit (tempat musisi orkestra bermain).
Sementara banquet hall terbagi atas dua bagian yang dilengkapi dengan pencahayaan, akustik, dan rigging berteknologi canggih. “Apabila digabung, Hall 1 dan 2 yang bergaya teater ini mampu menampung 10.000 orang. Nantinya, banquet hall akan digunakan sebagai venue konser, sesi pleno, hingga gala dinner berskala besar,” kata Ali bin Masood Al Sunaidy, Direktur Utama Omran.
Kedua, pembangunan auditorium berkapasitas 3.200 kursi, 13 ruang pertemuan berdaya tampung 80-300 orang, dua ballroom berkapasitas 2.590 orang, paviliun VIP, food court, hingga area parkir yang mampu menampung 4.000 kendaraan.
Sesuai cetak biru, OCEC menawarkan tujuh peluang investasinya, di antaranya penyediaan air bersih, listrik, pengolahan limbah, perhotelan, pusat perbelanjaan, perumahan, dan pusat hiburan. Taylor menambahkan, pusat konvensi yang berdiri di area dua juta meter persegi itu akan diisi empat hotel dengan 1.000 kamar.
Omran dan Bank Sohar berkolaborasi mendanai pengembangan JW Marriott dengan 304 kamar di kawasan OCEC. Diperlukan investasi US$104 juta atau setara dengan Rp1,41 triliun untuk membangun hotel berbintang lima itu. “Proyek JW Marriott yang ditargetkan selesai tahun depan sebenarnya melengkapi pengembangan Crowne Plaza Hotel yang terlebih dahulu masuk. Selain hotel, akan ada juga pusat perbelanjaan berluas 192.000 meter persegi, 200 unit apartemen, dan perkantoran berluas 85.000 meter persegi,” kata Taylor.
Pusat konvensi yang berjarak 10 menit berkendara dari Bandara Internasional Muscat itu ditargetkan beroperasi pada akhir tahun 2016. “Saat ini, pengembangan bandara baru sudah mencapai 86 persen dan ditargetkan mampu menampung 12 juta penumpang per tahun. Pengoperasian bandara baru ini diharapkan mampu menopang kinerja Oman Air, sebagai maskapai pelat merah, dalam menambah rute penerbangan dan jumlah pesawat,” kata Ahmad Al Futaisi, Menteri Transportasi dan Komunikasi Oman.
Sejalan dengan pengembangan bandara dan OCEC, Oman juga tengah merenovasi kawasan perkotaan yang akan dipusatkan di Madinat Al Irfan. Pada tahun 2014, Pemerintah Oman kembali menunjuk Omran untuk menjalankan proyek yang saat ini telah memasuki tahap pembebasan lahan itu.
Sambut Dua Event Besar
Belum lagi beroperasi, Oman Convention & Exhibition Centre sudah diagendakan akan diisi 22 pameran dan konvensi bertaraf internasional. Salah satu di antaranya adalah 4th International Osteoporosis Foundation (IOF) Regionals-Middle East & Africa Osteoporosis Meeting yang akan digelar pada 7-9 Desember 2017.
Kongres IOF merupakan forum pendidikan dan penelitian seputar osteoporosis terkemuka di kawasan Timur Tengah dan Afrika. Event tersebut, menurut Trevor McCartney, General Manager OCEC, diproyeksikan akan diikuti oleh 1.000 delegasi dari seluruh dunia.
“Untuk dapat mendulang sejumlah event, sejak 2015 kami bersama Kementerian Pariwisata Oman melakukan road show ke sejumlah kota di Eropa, seperti Milan, Geneva, Berlin, dan Brussels. Tanggapan mereka sangat positif terhadap OCEC,” ujar McCartney.
KOMENTAR
0