Menyusuri Wisata Pecinan di Bangka Selatan

Friday, 04 August 17 Ahmad Baihaki
Kampung pecinan Bangka Selatan
Foto: Venuemagz/Ahmad

Merujuk buku Peranakan Tionghoa di Bangka Belitung, orang-orang Tionghoa berdatangan ke Bangka pada saat tambang timah mulai dibuka di wilayah itu. Mereka berdatangan pada tahun 1700-an. Umumnya, mereka tak membawa keluarga, dan menikahi penduduk lokal. Asimilasi menghasilkan peranakan Tionghoa yang fasih berbahasa Mandarin sekaligus Melayu.

Menyusuri jejak peranakan Tionghoa di Bangka Selatan memang tak sulit. Bahkan, dalam Festival Toboali City on Fire Season II 2017, yang digelar pada 27-30 Juli lalu, wisatawan bisa menyaksikan keunikan budaya Tionghoa di Bangka Selatan.

(Baca juga: Menikmati Bangka dari Ketinggian Bukit Gebang)

BACA JUGA:   Sukses Menggebrak Wisata Lampung, Bakauheni Harbour City Memikat Ribuan Wisatawan

Menurut Justiar Noer, Bupati Bangka Selatan, tradisi Cina masih terpelihara dengan baik di Kampung Pecinan Bangka Selatan. Wilayah itu sebelumnya merupakan wilayah pintu perdagangan Bangka dengan Jakarta. Justiar menambahkan, perdagangan yang masuk dari Bangka Selatan sejak dahulu melalui Kampung Pecinan ini.

“Kampung Pecinan ditandai dengan rumah-rumah berarsitektur Tionghoa dengan tembok tebal. Meskipun sudah berusia ratusan tahun, rumah-rumah itu masih berdiri tegak,” papar Justiar.

Agar wisatawan tertarik berkunjung dan mudah mengenali Pecinan, tembok-tembok di kampung itu diberi mural bernuansa Tionghoa. “Sebelum berpindah ke Kampung Pecinan yang sekarang, dulunya perumahan orang-orang Tionghoa berada di Jalan Sudirman. Seiring pembangunan ekonomi, mereka pindah,” kata Justiar.

BACA JUGA:   Menelusuri Jejak Budaya Arab di Kampung Al Munawar

Kampung pecinan Bangka Selatan

Justiar mengatakan, Kampung Pecinan di Bangka Selatan mayoritas penduduknya berprofesi sebagai pedagang, dan sampai sekarang tidak berubah. Untuk mempertahankan Kampung Pecinan, bangunan-bangunan di area itu tidak dialihfungsikan. “Kami belum menetapkan Pecinan sebagai cagar budaya, namun kami mengimbau untuk tak mengubah bangunan mereka,” imbuh Justiar.

Kampung Pecinan, menurut Justiar, di masa mendatang akan dimanfaatkan sebagai homestay yang diperuntukkan bagi wisatawan nusantara maupun mancanegara. Lokasinya yang strategis memudahkan wisatawan menuju pantai.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, jumlah tamu yang menginap di hotel berbintang pada April 2017 mencapai 35.650, naik 16,64 persen dibanding pada bulan sebelumnya sebanyak 30.564 wisatawan. Dengan keberadaan homestay, wisatawan bakal memiliki alternatif menginap yang lebih terjangkau, dan tentu berpengaruh dengan lama masa inap.