Menangkap Magis Borobudur Dari Punthuk Setumbu

Friday, 16 August 19 Venue
Punthuk Setumbu

Saat mentari terbit, dari Punthuk Setumbu terlihat kemegahan bangunan Candi Borobudur berselimut kabut.

Hari masih gelap, jarum jam di tangan menunjukkan pukul 4:50 WIB. Udara sejuk Pegunungan Menoreh yang menggulung tubuh menjadi penyemangat saya, Dody, Sendy, Fachrudin, dan Faktoerohim berkemas menurunkan perlengkapan fotografi dari mobil. Setelah semua siap, enggan berlama-lama, kami bergegas menuju loket tiket Wisata Alam Punthuk Setumbu: Borobudur Nirwana Sunrise.

Sekitar lima belas menit perjalanan meniti anak tangga, akhirnya kami sampai di puncak bukit, seolah melupakan rasa lelah kami langsung sibuk mencari tempat terbaik untuk memotret, kemudian mendirikan tripod dan memasang kamera.

Usai semua peralatan foto terpasang sempurna, kami istirahat sejenak sambil menunggu detik-detik matahari terbit. Dua cangkir kopi hitam bekal milik Fachrudin menjadi teman. Sendy dan Dody yang berpengalaman datang ke sini menjadi mentor berbagi tips memotret, sesekali tawa kami pecah di antara riuh pengunjung lain, yang pada saat itu kebetulan tidak terlalu ramai karena kami sengaja datang bukan di akhir pekan.

Semburat cahaya matahari tak lama mulai muncul, kami langsung khusyuk dengan kamera. setiap pergerakan sang surya yang muncul dari kejauhan kami abadikan, seolah tak ingin melewatkan setiap detiknya. Seiring mentari yang terus bergerak naik, selain keindahan bentang alam yang tersaji, bangunan Candi Borobudur mulai tampak terlihat dengan diselimuti kabut yang terus bergerak perlahan. Kami pun terus menekan tombol shutter kamera.

Matahari terus meninggi, jarum jam menunjukkan pukul 07:05, kami sepakat untuk berhenti memotret dan berkemas merapikan peralatan, sebelum turun kami sempatkan waktu lagi menikmati sajian alam dari salah satu gazebo sambil berbagi cerita.

Bagi Dody, pemandangan alam saat mentari terbit dari Punthuk Setumbu tak pernah membuatnya bosan. “Memotret landscape dari sini terkesan dramatis. Jadi gak pernah bosan,” jelasnya. Tidak heran jika dirinya rela berulang kali datang ke sini. “Ini keempat kali motret Borobudur di Punthuk Setumbu,” terangnya.

Sendy pun demikian, bukan kali pertama ke Puntuk Setumbu, tiga kali sudah dirinya memotret di bukit ini. Bagi Sendy, mengabadikan Borobudur dari Punthuk Setumbu memiliki sensasi berbeda. “Bangunan candi yang muncul di antara lautan kabut dan tersapu sinar matahari selain dramatis terkesan ada magisnya,” ungkap dia lagi. Saya, Fatoer, dan Fachrudin yang untuk kali pertama bertandang ke sini pun mengamini pendapat mereka.

Punthuk Setumbu memang memenuhi syarat sebagai tempat menyenangkan bagi kami penyuka fotografi alam dengan apa yang disajikannya. Pemandangannya memanjakan mata. Bukit ini sejatinya menawarkan wisata sunrise dengan sajian keelokan bentang alam berlatar belakang gunung Merapi dan Merbabu. Pesona keindahan pemandangan tersebut semakin istimewa karena saat mentari terbit, dari bukit setinggi 400 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini terlihat kemegahan bangunan Candi Borobudur berselimut kabut.

Ramai di Media Sosial

Punthuk dalam bahasa masyarakat setempat berarti bukit kecil, dan Setumbu berasal dari kata Tumbu adalah wadah yang terbuat dari bambu. Dahulu, bukit ini adalah lahan pertanian warga. Berlokasi di Dusun Kerahan, Desa Karangrejo, Kecamatan Borobudur, dalam peta digital di internet, bukit ini berjarak 4,8 kilometer dari Candi Borobudur.

Seiring makin dikenal, masyarakat di sekitar bukit ini mulai menata dan mengelola Punthuk Setumbu sebagai objek wisata. Infrastruktur dan sarana pendukung pariwisata pun dibangun. Puncak bukit ditata dengan berbentuk pelataran luas yang dilengkapi musala, toilet umum, dan gazebo.

Ulasan maupun unggahan mengenai kemolekan alam dan kemegahan Candi Borobudur pun marak di media sosial. Mudah sekali mencari informasi mengenai keberadaan bukit ini di mesin pencari seperti google, begitu pula di media sosial dengan menuliskan #punthuksetumbu, informasi tentang Punthuk Setumbu segera bermunculan, termasuk foto-foto yang menampilkan kemolekan alamnya.

Saya, Fatoer, dan Fachrudin pun kepincut Punthuk Setumbu berkat informasi di media sosial. “Sebenarnya sudah lama pengin motret Borobudur dari sini. Tapi baru kesampaian sekarang,” ungkap Fatoer.

Kini bukan hanya wisatawan dalam negeri, wisatawan mancanegara pun banyak yang tertarik menyaksikan keindahan bangunan candi sembari menikmati matahari terbit di Punthuk Setumbu. Sendy menyarankan mengunjungi tempat ini pada musim kemarau, cuaca yang cerah akan menyajikan pemandangan terbaik dari bukit ini.

Matahari terus meninggi, kami bergegas turun, jadwal selanjutnya mendatangi langsung bangunan candi peninggalan Dinasti Syailendra tersebut untuk melengkapi cerita tentang serunya berwisata ke Borobudur sebelum mengunggahnya di media sosial.

Penulis: Erwin Gumilar