Pariwisata di Indonesia tidak hanya milik pemerintah pusat, tetapi juga milik pemerintah daerah. Berbagai keindahan alam, budaya, tradisi, hingga kuliner tersebar luas di berbagai daerah yang ada di Indonesia. Untuk itu, Yayasan Kusuma Pertiwi membuat sebuah ajang penghargaan bernama Trisakti Tourism Award yang ditujukan untuk para pemerintah daerah yang memiliki prestasi di sektor pariwisata. Nantinya, penghargaan ini akan diberikan kepada pemerintah kabupaten dan kota yang secara baik membangun, mengelola, serta mengembangkan sektor pariwisata di daerahnya.
Konsep Trisakti diambil dari semangat yang digagas oleh Proklamator Indonesia, yaitu Soekarno, pada 1963. Semangat Trisakti dikembangkan untuk memajukan pariwisata Indonesia melalui pemberian penghargaan bagi pemerintah daerah.
Wiryanti Sukamdani, Ketua Yayasan Kusuma Pertiwi, mengatakan, penghargaan ini bertujuan mendorong pemerintah daerah untuk memajukan sektor pariwisata dan berkomitmen dalam membangun pariwisata di daerahnya. Sasaran utamanya ialah menjadikan sektor pariwisata sebagai unggulan daerah hingga meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Acara yang baru perdana diselenggarakan ini dinilai Wiryanti sangat penting karena sektor pariwisata menjadi unggulan di Indonesia. Berbicara pariwisata, menurutnya hal paling utama yang harus dipersiapkan ialah destinasi, baru disusul promosi, infrastruktur, dan sumber daya manusia.
“Kita lihat bahwa yang punya destinasi itu ‘kan kebanyakan ada di daerah. Jadi, kita berikan penghargaan ini untuk mereka,” kata Yanti.
Dalam penyelenggaraannya, Trisakti Tourism Award akan melombakan lima kategori, yakni Kategori Wisata Bahari, Ekowisata, Wisata Warisan Budaya dan Sejarah, Wisata Petualang, serta Wisata Belanja dan Kuliner. Panitia membuka kesempatan bagi pemerintah daerah untuk mendaftar sejak Maret lalu dan ditutup pada 21 Juni 2019.
Hingga batas akhir pendaftaran, sudah ada 60 pemerintah kabupaten dan kota yang mendaftar. Penilaian akan diserahkan oleh dewan juri terpilih untuk menentukan siapa pemenangnya.
“Ada tujuh juri di sini yang mewakili masing-masing stakeholder di tiap kategori. Setiap keputusan juri mutlak tidak dapat diganggu gugat dan penilaiannya 100 persen dilakukan oleh juri,” ujar Yanti.
Sapta Nirwandar, Ketua Dewan Juri Trisakti Tourism Award, mengatakan, dirinya bersama enam juri lainnya akan menilai para peserta sesuai dengan persyaratan yang ada. Setiap peserta wajib mengirimkan video profil berisi visi dan misi pemerintah daerah, implementasi pembangunan pariwisata, keunggulannya, atraksi, aksesibilitas, serta amenitas berdurasi tiga menit. Selain itu, akan ada data sekunder yang menjadi penilaian lain dari para juri untuk menentukan pemenang dari masing-masing kategori.
“Setiap daerah hanya boleh memilih satu kategori untuk dilombakan. Jadi, mereka harus benar-benar melihat kategori apa yang cocok dengan mereka,” ujar Sapta.
Sapta menambahkan, sejauh ini peserta yang mendaftar paling banyak untuk kategori Wisata Warisan Budaya dan Sejarah. Proses penjurian akan dilakukan sejak tanggal 21 Juni hingga 26 Juni 2019.
Dewan juri lainnya yang tergabung dalam Trisakti Tourism Award ialah Adi Satria mewakili pakar perhotelan, David Makes dari pakar ekowisata, Ning Sudjito selalu pakar kuliner, Budi Tirtawisata mewakili pakar perjalanan wisata, Hermawan Kertajaya mewakili pakar pemasaran, serta Ayu Dyah Pasha mewakili pakar etika.
Ayu Dyah menjelaskan, peserta yang mendaftar untuk Trisakti Tourism Award mewakili seluruh wilayah daerah yang ada di Indonesia. Ini menjadi hal yang dibanggakan karena acara ini merupakan acara perdana yang diinisiasi oleh Yayasan Kusuma Pertiwi.
“Pesertanya ada yang dari daerah Sumatera, Sulawesi, beberapa daerah di Kalimantan, Pulau Jawa juga ada tentunya. Dari wilayah timur ada Papua, NTB, dan NTT,” ujar Ayu.
Trisakti Tourism Award akan diselenggarakan pada 27 hingga 29 Juni 2019 di Jakarta Convention Center (JCC). Selain acara penghargaan, Trisakti Tourism Award juga akan dimeriahkan dengan acara Destinasi Indonesia Expo dan Destinasi Indonesia Conference.
KOMENTAR
0