Pemerintah Kabupaten Jayawijaya kembali akan menyelenggarakan Festival Budaya Lembah Baliem pada tanggal 8-11 Agustus 2016. Festival Budaya Lembah Baliem pertama kali dilaksanakan pada tahun 1989, karena itu ini merupakan festival yang tertua di tanah Papua.
Pada pelaksanaan yang memasuki tahun ke-27 ini, Pemerintah Kabupaten Jayawijaya ingin memberikan sesuatu yang berbeda, antara lain tiket masuk digratiskan, dan untuk pertama kalinya festival ini menggunakan event organizer. Selain itu, penyelenggara juga akan menggunakan teknologi gelang barcode sehingga memudahkan pencatatan jumlah wisatawan yang hadir, terutama untuk membedakan jumlah wisman dan wisnus.
Festival Budaya Lembah Baliem 2016 akan mengangkat tema “Warisan Budaya sebagai Jejak Peradaban”. Festivalnya sendiri akan berlangsung dari tanggal 8 hingga 10 Agustus 2016, lalu dilanjutkan dengan Karnaval Budaya pada tanggal 11 Agustus 2016. Selain itu, pada tanggal 7 Agustus, Pemkab Jayawijaya akan mengadakan gala dinner bersama para duta besar dari delapan negara yang hadir untuk menyaksikan Festival Budaya Lembah Baliem.
Festival Budaya Lembah Baliem 2016 akan melibatkan 40 distrik dan 328 desa di Kabupaten Jayawijaya yang akan menampilkan berbagai atraksi seni dan budaya khas masyarakat Suku Dani, antara lain Karapan Babi, lomba permainan alat musik Pikon, lempar Sege, hingga atraksi perang-perangan teatrikal yang menceritakan sejarah perjalanan Suku Dani di masa lalu.
Mengenai jumlah wisatawan yang datang, John Wempi Wetipo, Bupati Jayawijaya, tidak memasang target jumlah tertentu, ia hanya berharap wisatawan yang datang melebihi jumlah kunjungan pada tahun lalu. Pada pelaksanaan Festival Budaya Lembah Baliem 2015, wisatawan yang datang sekitar 1.000 orang.
“Pokoknya kami berharap sebanyak-banyaknya wisatawan dapat hadir karena itu akan memberikan dampak ekonomi yang bagus kepada masyarakat. Acara ini adalah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Pariwisata merupakan salah satu cara untuk mengangkat perekonomian masyarakat,” ujar John Wempi.
Salah satu kendala yang dihadapi kota Wamena adalah aksesibilitas dan minimnya jumlah akomodasi. Bahkan, wisatawan asing yang ingin datang ke Festival Lembah Baliem pun harus memesan kamar 5-6 bulan sebelumnya. Namun, John Wempi menganggap hal itu sebagai berkah karena para wisatawan yang tidak kebagian kamar akan menginap di tenda atau rumah masyarakat dan berinteraksi langsung dengan masyarakat. Hal itu juga akan memberi dampak ekonomi langsung kepada masyarakat.
Di pelaksanaan Festival Budaya Lembah Baliem yang ke-27 ini, John Wempi sangat berharap akan dihadiri oleh Menteri Pariwisata. “Sebab selama ini belum pernah ada menteri yang hadir ke Lembah Baliem,” ujar John Wempi Wetipo.
Padahal, menurut John Wempi, Kementerian Pariwisata sendiri yang menetapkan Festival Budaya Lembah Baliem sebagai event internasional dan dimasukkan ke dalam kalender acara pariwisata dalam setahun. John Wempi juga menambahkan bahwa Wamena kondisinya sangat aman, dan tidak perlu takut untuk berkunjung karena desas-desus yang menyatakan bahwa pesawat ke sana cukup berbahaya.
“Pesawat ke Wamena bukan lagi yang bermesin kecil, tapi sudah pesawat jenis Boeing seri 300 dan seri 200. Setiap hari ada sekitar 138 pergerakan pesawat ke Wamena,” ujar John Wempi. “Karena itu, Menteri Pariwisata harus hadir ke Festival Lembah Baliem karena Wamena bukan daerah terpencil.”
Penulis: Harry Purnama
KOMENTAR
0