Pandemi COVID-19 berdampak besar terhadap Airbnb, perusahaan yang mempertemukan hotel, tempat kos, maupun rumah dengan orang yang membutuhkan akomodasi. Baru-baru ini perusahaan yang berkantor pusat di San Francisco, California, Amerika Serikat, tersebut mengumumkan pemangkasan 1.900 orang tenaga kerjanya. PHK yang dilakukan tersebut merupakan langkah penyelamatan perusahaan dalam menghadapi pandemi COVID-19 yang menghantam industri perjalanan.
Sebelumnya, pada Maret 2020 lalu Airbnb mengumumkan bahwa para eksekutif puncaknya memotong gaji mereka sebesar 50 persen, kemudian Chief Executive Airbnb Brian Chesky dan rekan pendiri lainnya tidak menerima gaji selama enam bulan ke depan.
Menurut Chesky, seluruh tim yang ada di Airbnb akan terkena dampak dari wabah virus Corona. Selain itu nantinya akan ada banyak tim yang dikurangi sesuai dengan arah bisnis perusahaan.
“Proses kami dimulai dengan menciptakan strategi bisnis yang lebih fokus dengan model biaya berkelanjutan. Kami akan menilai bagaimana setiap tim memetakan strategi baru, kemudian kami menentukan ukuran dan bentuk masing-masing tim ke depan,” jelas Chesky.
Kebijakan yang dikeluarkan adalah karyawan yang terkena dampak akan menerima kompensasi berupa pesangon sebesar gaji pokok dikalikan 14 minggu, dan mereka juga akan menerima saham Airbnb yang jumlahnya disesuaikan dengan masa kerja. Selanjutnya perusahaan akan menanggung biaya asuransi kesehatan selama 12 bulan untuk karyawan yang berada di Amerika dan menanggung biaya asuransi kesehatan hingga akhir 2020 untuk karyawan di negara lain.
Sementara untuk mendukung mereka mencari pekerjaan baru, perusahaan akan membayar biaya layanan karier selama empat bulan, dan departemen perekrutan Airbnb akan membantu karyawan yang terkena dampak dengan mengizinkan untuk membawa pulang laptop perusahaan.
Airbnb saat ini mengelola 2 juta properti di 34.000 kota dan 191 negara.
KOMENTAR
0