Bisnis Hotel Malaysia Terganggu Hingga Kuartal Ketiga

Wednesday, 15 April 20 Bonita Ningsih
Ilustrasi hotel check in

Penyebaran virus Corona yang semakin masif membuat hotel-hotel di Malaysia mengalami kerugian. Untuk melihat jumlah kerugian bisnis yang didapat, pada 20 Maret 2020 lalu Malaysian Association of Hotels (MAH) atau Asosiasi Hotel Malaysia melakukan survei terkait hal ini.

Survei dilakukan di 14 wilayah berbeda dengan memilih beberapa hotel sebagai sampelnya, yakni di Johor, Kedah, Langkawi, Kelantan, Kuala Lumpur, Melaka, Negeri Sembilan, Pahang, Pulau Pinang, Perak, Sabah, Serawak, Selangor, dan Terengganu.

Hasil survei mengatakan bahwa penurunan bisnis hotel ini akan terjadi hingga Juni 2020. Namun, dengan diperpanjangnya masa Movement Control Order (MCO) atau perintah untuk mengontrol gerakan yang dibuat pemerintah setempat, dapat dipastikan bisnis hotel akan semakin anjlok. Dalam kebijakannya, pemerintah Malaysia melakukan MCO sejak 18 Maret hingga 28 April 2020.

“Padahal kami dari industri hotel berharap MCO akan berakhir 31 Maret 2020 saja agar kami bisa cepat bergerak,” kata Yap Lip Seng, Chief Executive Officer Malaysian Association of Hotels.

Menurutnya, dengan mempercepat masa MCO, pariwisata domestik akan cepat pulih agar hotel-hotel di Malaysia dapat segera membenahi bisnisnya. Di tengah kondisi seperti ini, pasar domestik yang diunggulkan karena pariwisata dunia masih terhambat.

Dalam surveinya, MAH telah memilih 94.000 kamar hotel yang akan dijadikan sampel penelitian. Dari jumlah kamar tersebut, didapatkan hasil bahwa pada April 2020 tingkat hunian hotel hanya mencapai 16 persen. Kemudian pada bulan Mei 2020 akan ada peningkatan tingkat hunian di angka 19 persen dan di bulan Juni 2020 hanya mencapai rata-rata 25 persen.

Kendati mengalami kenaikan tingkat hunian dari bulan sebelumnya, angka 25 persen di bulan Juni masih terbilang rendah. Menurutnya, angka tersebut diartikan sebagai pemulihan yang lambat dari industri pariwisata dan belum pernah terjadi sebelumnya.

Halaman : 12

Penyebaran virus Corona yang semakin masif membuat hotel-hotel di Malaysia mengalami kerugian. Untuk melihat jumlah kerugian bisnis yang didapat, pada 20 Maret 2020 lalu Malaysian Association of Hotels (MAH) atau Asosiasi Hotel Malaysia melakukan survei terkait hal ini.

Survei dilakukan di 14 wilayah berbeda dengan memilih beberapa hotel sebagai sampelnya, yakni di Johor, Kedah, Langkawi, Kelantan, Kuala Lumpur, Melaka, Negeri Sembilan, Pahang, Pulau Pinang, Perak, Sabah, Serawak, Selangor, dan Terengganu.

Hasil survei mengatakan bahwa penurunan bisnis hotel ini akan terjadi hingga Juni 2020. Namun, dengan diperpanjangnya masa Movement Control Order (MCO) atau perintah untuk mengontrol gerakan yang dibuat pemerintah setempat, dapat dipastikan bisnis hotel akan semakin anjlok. Dalam kebijakannya, pemerintah Malaysia melakukan MCO sejak 18 Maret hingga 28 April 2020.

BACA JUGA:   Airbnb Berikan Full Refund Bagi Calon Tamunya

“Padahal kami dari industri hotel berharap MCO akan berakhir 31 Maret 2020 saja agar kami bisa cepat bergerak,” kata Yap Lip Seng, Chief Executive Officer Malaysian Association of Hotels.

Menurutnya, dengan mempercepat masa MCO, pariwisata domestik akan cepat pulih agar hotel-hotel di Malaysia dapat segera membenahi bisnisnya. Di tengah kondisi seperti ini, pasar domestik yang diunggulkan karena pariwisata dunia masih terhambat.

BACA JUGA:   Mercure Jakarta Sabang Berbuka dengan Anak Yatim Piatu

Dalam surveinya, MAH telah memilih 94.000 kamar hotel yang akan dijadikan sampel penelitian. Dari jumlah kamar tersebut, didapatkan hasil bahwa pada April 2020 tingkat hunian hotel hanya mencapai 16 persen. Kemudian pada bulan Mei 2020 akan ada peningkatan tingkat hunian di angka 19 persen dan di bulan Juni 2020 hanya mencapai rata-rata 25 persen.

BACA JUGA:   Paket Komplet Ramadan di Aryaduta Lippo Village

Kendati mengalami kenaikan tingkat hunian dari bulan sebelumnya, angka 25 persen di bulan Juni masih terbilang rendah. Menurutnya, angka tersebut diartikan sebagai pemulihan yang lambat dari industri pariwisata dan belum pernah terjadi sebelumnya.