Penyebaran virus Corona berdampak besar terhadap pariwisata di seluruh negara dunia. Salah satu negara yang terdampak COVID-19 cukup besar ialah Malaysia. Sektor-sektor yang berhubungan erat dengan pariwisata juga mengalami penurunan bisnis, salah satunya ialah sektor hotel.
Berdasarkan data dari Malaysian Association of Hotels (MAH) atau Asosiasi Hotel Malaysia, penurunan bisnis hotel terbesar terjadi saat China melakukan lockdown di negaranya.
Masa lockdown China dimulai sejak tanggal 26 Januari 2020. Masyarakat yang berada di negara tersebut dilarang untuk bepergian atau meninggalkan rumah selama masa lockdown berlaku. Tujuannya untuk memutuskan rantai penyebaran COVID-19 di negaranya.
Kebijakan untuk lockdown di China ternyata berdampak negatif untuk pariwisata di beberapa negara lainnya, termasuk Malaysia. Para pemangku kepentingan industri pariwisata di Malaysia mengaku dirugikan dengan kebijakan lockdown tersebut. Banyak masyarakat yang meminta pembatalan, penundaan, dan pengembalian dana dari pemesanan yang dilakukan sebelum COVID-19.
“Saat pengumuman lockdown di China, banyak hotel terjebak di situasi seperti ini. Pembatalan pemesanan tersebut tidak hanya menghilangkan pendapatan hotel, tetapi juga membuat kamar hotel kosong,” kata Yap Lip Seng, Chief Executive Officer MAH.
Masalah lain muncul ketika banyak rombongan dan agen perjalanan yang menuntut untuk membatalkan perjalanannya juga. Para agen perjalanan meminta untuk segera dikembalikan uangnya karena mereka juga menerima pembatalan dari rekanan di luar negeri.
Kondisi ini diperburuk dengan situasi negara Malaysia yang juga terkena COVID-19. Situasi tersebut membuat semakin banyak pembatalan perjalanan, bukan hanya bagi wisatawan China, tetapi juga bagi wisatawan negara lain dan juga wisatawan domestik.
Penyebaran virus Corona berdampak besar terhadap pariwisata di seluruh negara dunia. Salah satu negara yang terdampak COVID-19 cukup besar ialah Malaysia. Sektor-sektor yang berhubungan erat dengan pariwisata juga mengalami penurunan bisnis, salah satunya ialah sektor hotel.
Berdasarkan data dari Malaysian Association of Hotels (MAH) atau Asosiasi Hotel Malaysia, penurunan bisnis hotel terbesar terjadi saat China melakukan lockdown di negaranya.
Masa lockdown China dimulai sejak tanggal 26 Januari 2020. Masyarakat yang berada di negara tersebut dilarang untuk bepergian atau meninggalkan rumah selama masa lockdown berlaku. Tujuannya untuk memutuskan rantai penyebaran COVID-19 di negaranya.
Kebijakan untuk lockdown di China ternyata berdampak negatif untuk pariwisata di beberapa negara lainnya, termasuk Malaysia. Para pemangku kepentingan industri pariwisata di Malaysia mengaku dirugikan dengan kebijakan lockdown tersebut. Banyak masyarakat yang meminta pembatalan, penundaan, dan pengembalian dana dari pemesanan yang dilakukan sebelum COVID-19.
“Saat pengumuman lockdown di China, banyak hotel terjebak di situasi seperti ini. Pembatalan pemesanan tersebut tidak hanya menghilangkan pendapatan hotel, tetapi juga membuat kamar hotel kosong,” kata Yap Lip Seng, Chief Executive Officer MAH.
Masalah lain muncul ketika banyak rombongan dan agen perjalanan yang menuntut untuk membatalkan perjalanannya juga. Para agen perjalanan meminta untuk segera dikembalikan uangnya karena mereka juga menerima pembatalan dari rekanan di luar negeri.
Kondisi ini diperburuk dengan situasi negara Malaysia yang juga terkena COVID-19. Situasi tersebut membuat semakin banyak pembatalan perjalanan, bukan hanya bagi wisatawan China, tetapi juga bagi wisatawan negara lain dan juga wisatawan domestik.
KOMENTAR
0