Hotel Liu Men Melaka Memadukan Budaya Barat dan Timur Klasik

Friday, 22 March 19 Herry Drajat
Liu Men Melaka

Tauzia Hotel Management memperluas sayapnya dengan mengelola hotel di Melaka, Malaysia. Hotel Liu Men Melaka menjadi salah satu label Preference Hotels dari Tauzia.

Hotel ini menjadi pilihan karena menampilkan keaslian, keunikan, dengan lingkungan di sekitar yang khas dan bersejarah serta menjadi daya pikat Melaka bagi dunia. Hotel ini akan menghadirkan pengalaman dan layanan unik di kota multi budaya Melaka.

Sebagai hotel butik, Liu Men Melaka memiliki 30 kamar. Liu Men sendiri memiliki arti ‘enam pintu’. Angka 6 dalam ilmu feng shui Cina diyakini sebagai angka keberuntungan. Hal itulah yang menginspirasi pemberian nama hotel tersebut.

BACA JUGA:   TAUZIA Hotels akan membuka YELLO Hotel Cilacap

Liu Men Melaka adalah harmoni antara timur dan barat, yaitu perpaduan antara art deco kolonial masa 1930 dengan sentuhan khas timur yang merupakan identitas dari budaya peranakan yang tecermin pada warna merah cerah perlambang keceriaan dan keberuntungan.

“Kami sangat senang menyambut setiap tamu melalui enam pintu dengan tangan terbuka sebagai anggota keluarga. Tidak ada orang asing di Liu Men Melaka, semua orang adalah bagian dari keluarga besar yang diperlakukan dengan hormat, kehangatan, dan pelayanan yang ramah,” kata Dadang Setiawan, General Manajer Liu Men Melaka.  

BACA JUGA:   Ulang Tahun ke-5, GranDhika Iskandarsyah Jakarta Stronger Than Ever

“Hotel kami juga merupakan pintu gerbang menuju budaya ‘Peranakan’ untuk para tamu yang ingin memanjakan diri dalam dunia yang penuh warna seni dan budaya dalam suasana yang personal,” ujar Dadang.

Melaka, salah satu kota tertua di Malaysia, merupakan tempat yang cocok dan nyaman untuk menenangkan diri dan menjauhkan diri kebisingan kota besar yang sibuk, seolah membawa para tamu kembali ke masa silam, yaitu masa yang penuh dengan semangat, di mana pada saat itu ekonomi Melaka berkembang pesat saat di bawah pemerintahan kolonial Inggris yang menjadikan kota tersebut sebagai kota pelabuhan yang berkembang dan membuka jalan bagi kebangkitan masyarakat pada akhir tahun 1930-an.