Perusahaan konsultan properti, Colliers Indonesia, memaparkan hasil penelitiannya terhadap tingkat hunian (okupansi) hotel di Jakarta, Surabaya, dan Bali selama kuartal pertama tahun 2022. Berdasarkan data yang dihimpun, okupansi hotel Jakarta dan Bali saat ini sudah mulai mendekati angka sebelum pandemi COVID-19.
“Artinya sudah mulai terlihat bisnis hotel di Jakarta dan Surabaya mulai pulih. Berbeda dengan hotel di Bali yang masih terlihat baru menuju ke arah pemulihan,” kata Ferry Salanto, Head of Research Colliers Indonesia.
Ferry menjelaskan, okupansi hotel di Jakarta dan Surabaya memiliki karakteristik yang hampir sama sehingga waktu pemulihannya beriringan. Selama ini, okupansi hotel di kedua daerah tersebut terbantu dengan adanya aktivitas bisnis dari pemerintah maupun korporat.
“Kami lihat di tahun 2022 ini, aktivitas bisnis di dua kota ini sudah mulai jalan dan relatif lebih normal dibandingkan daerah lainnya. Sedangkan, bisnis hotel di Bali itu dipengaruhi oleh wisatawan yang berlibur,” ucapnya lagi.
Berdasarkan data yang dirangkum Colliers Indonesia, okupansi hotel di Jakarta para periode Mei 2022 mencapai kurang lebih 55 persen. Sedangkan, okupansi hotel Surabaya lebih dari 60 persen di periode yang sama.
Lalu, okupansi hotel di Bali baru mencapai 50 persen pada periode Mei 2022. Pada kuartal pertama 2022, Colliers Indonesia, baru mengumpulkan data hingga periode Mei 2022.
“Okupansi Bali masih lebih rendah karena pasar terbesar di sana itu internasional. Sedangkan, pasar internasional saat ini baru mulai dibuka sehingga pariwisata di sana masih mencoba merangkak naik,” ujarnya lagi.
Kendati okupansi hotel mulai membaik, Ferry, menyebutkan bahwa tarif rata-rata harian yang ditawarkan masih terbilang rendah. Colliers Indonesia mencatat tarif rata-rata harian hotel di Jakarta di angka US$60, hotel Surabaya US$40, serta hotel di Bali mencapai kurang lebih US$100 pada periode Mei 2022.
Pada kasus ini, tarif rata-rata harian di Bali lebih tinggi dibandingkan dua kota lainnya karena pada Mei 2022 masuk libur Lebaran. Alhasil, Jakarta dan Surabaya yang dikenal sebagai hotel bisnis akan memasuki masa low season karena tidak ada permintaan bisnis di dalamnya.
“Bisnis hotel di Jakarta dan Surabaya itu akan rendah saat masa liburan, mulai dari libur hari keagamaan hingga libur anak sekolahan. Tetapi, nanti akan naik lagi dan polanya akan terus berulang seperti itu,” ucap Ferry lagi.
Sedangkan, hotel di Jakarta dan Surabaya masih harus mengatur cara bagaimana agar bisnis hotel tetap berjalan meskipun di low season. Untuk itu, hotel-hotel yang berada di dua daerah tersebut banyak yang memberikan promo dan diskon agar dapat menarik tamu datang.
“Tarif harian ini kan mengikuti okupansi yang ada, jadi seperti itu. Tetapi, kalau saya lihat sepertinya masih perlu waktu bagi para hotelier untuk bisa mendekati tarif saat sebelum pandemi. Ini akan menjadi PR tersendiri bagi para hotelier,” katanya lagi.
KOMENTAR
0