The Atrium Hotel and Resort yang terletak di Sleman, Yogyakarta, kembali menjalankan salah satu program CSR (Corporate Social Responsibility) yang diberi nama “Bagi Beras”. Program yang diselenggarakan secara rutin setiap bulannya ini bekerja sama oleh para pelaku wisata yang tergabung dalam komunitas Sahabat Jogja Berbagi.
Adin Jumiadi, General Manager The Atrium Hotel and Resort, mengatakan, program ini sempat terhenti selama dua bulan saat hotel ini tutup sementara akibat pandemi COVID-19. Setelah memutuskan untuk beroperasi kembali, program “Bagi Beras” hadir dengan menyambangi PP Ainul Yakin di Tepus, Gunung Kidul.
PP Ainul Yakin merupakan tempat untuk menampung anak berkebutuhan khusus dengan jumlah 108 santri. Program ini dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu serba bantu, arahan bantu, dan juga mandiri.
“Kita mulai lanjutkan Bagi Beras meski dalam kondisi belum begitu pulih. Kami juga sangat senang program ini berbarengan dengan program dari komunitas Sahabat Jogja Berbagi. Semoga program ini bisa menginspirasi hotel yang lain,” ungkap Adin.
Hal senada juga disampaikan oleh Pradiyanto Datu Jatmiko, Ketua Panitia Komunitas Sahabat Jogja Berbagi. Menurutnya, industri pariwisata saat ini masih seperti mati suri akibat COVID-19. Kendati demikian, para pelaku wisata di daerahnya tetap berkomitmen untuk berbagi kepada anak-anak berkebutuhan khusus agar dapat hidup lebih layak lagi.
“Kami membawakan uang tunai, sembako, peralatan mandi, dan bibit cabai untuk melengkapi kebutuhan di sini,” ucap Pradiyanto.
Pemberian sumbangan secara simbolis diterima oleh Abi Guru Isma Al Matin selaku Direktur PP Ainul Yakin pada 6 November 2020. Selain memberikan sumbangan, acara tersebut telah menjadi wadah silaturahmi karena menghadirkan KBO Narkoba Polda DIY AKBP Hari Triyana, Gusti Raden Ayu Putri Warsitonegoro, tokoh masyarakat, dan tamu undangan lainnya.
Menurut Abi, pondok pesantren Ainul Yakin kebanyakan diisi oleh orang-orang yang tidak dianggap masyarakat sekitar, bahkan oleh keluarganya sendiri. Dia menyebutkan ada mantan pemakai narkoba, orang mbeling, mantan klitih, depresi, hingga orang dengan gangguan jiwa. Pondok pesantren ini menjadi tempat untuk belajar, terapi, bekerja, berkeluarga, hingga sampai akhir hayatnya.
“Maka dari itu, saya berterima kasih atas bantuan yang diberikan ini, meskipun kita semua tahu bahwa pariwisata masih dalam kondisi yang sulit,” ujar Abi.
Ke depannya, Abi optimistis bahwa pondok pesantren Ainul Yakin akan menjadi ikon dan satu-satunya wisata terapi, edukasi, hingga religi di daerah Gunung Kidul. Dalam hal ini, Abi telah melakukan berbagai persiapan di dalamnya, yaitu menyiapkan taman margasatwa dengan tidak mengubah, tetapi lebih menata alam, pengembangan homestay, kebun buah, pengembangan SDM, serta promosi dari pelaku pariwisata.
Acara ini ditutup dengan doa dan berkeliling di area pondok pesantren. Doa dan harapannya adalah program ini akan dapat terus berlanjut dan pandemi segera berakhir sehingga industri pariwisata akan pulih dan normal kembali.
KOMENTAR
0