Investasi Saham dan Fenomena Dana Pinjaman

Sunday, 18 July 21 Venue

Membeli saham menggunakan dana pinjaman menjadi fenomena di tengah tingginya minat dan antusiasme masyarakat berinvestasi saham. Orang yang melakukan cara tersebut kebanyakan ingin mendapat keuntungan berlipat dengan cara cepat.

“Investasi saham sejatinya tidak perlu berutang. Investasi saham bisa dimulai dengan dana yang minim,” ujar Bagus Kristomoyo Kristanto, Head of Business Incubator STIKI Malang dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk Wilayah Kabupaten Malang, Jawa Timur, Jumat (16/7/2021).

Menurutnya, dengan menggunakan metode cost averaging atau pembelian secara berkala bisa sangat membantu para investor yang memiliki modal minim. “Investor bisa melakukan pembelian saham sesuai dengan kondisi keuangannya. Sehingga investor tidak perlu berutang untuk membeli saham.”

BACA JUGA:   Ketika Anak Tak Bisa Lepas Dari “Permen Digital”

Bagus mengatakan, selain menawarkan keuntungan tinggi, investasi saham diiringi risiko kerugian yang juga tinggi. Risiko ini yang sering kali diabaikan para investor khususnya pemula. Investasi saham, kata dia, mengandung risiko sistematis. Risiko ini tidak bisa dihindarkan dengan cara apapun, bahkan dengan diversifikasi saham atau aset.

“Beragam risiko yang tergolong sistematis adalah, risiko pasar, tingkat suku bunga, inflasi, nilai tukar mata uang, dan risiko politik suatu negara,” kata Bagus. Terdapat juga risiko nonsistematis yang membayangi investasi saham. Risiko nonsistematis masih bisa dimitigasi dengan diversifikasi. Beberapa risiko yang tergolong dalam kategori ini adalah risiko bisnis, bencana alam, dan lainnya.

BACA JUGA:   Hoaks Mewabah, Begini Cara Identifikasi dan Melaporkannya

Apabila berhasil menjual saham dengan keuntungan berlipat ganda memang akan menambah aset lancar. “Namun jika gagal, nilai kekayaan bersih akan minus dan utang malah menjadi bertambah,” kata Bagus.  

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, dan tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

BACA JUGA:   Punya Hak Digital, Hargai HAKI

Kegiatan ini merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan empat pilar utama, yaitu Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).