Media sosial seperti Instagram, kini tak hanya dijadikan wadah untuk berkomunikasi dengan orang, tetapi juga banyak digunakan sebagai lapak berjualan. Berbeda dengan e-commerce atau marketplace, jejaring sosial manapun menurut M. Sandi Marta, Dosen Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, tidak memiliki sistem keamanan untuk melindungi konsumen saat melakukan transaksi jual-beli.
“Alhasil, tak sedikit orang yang akhirnya kena penipuan di Instagram,” kata dia dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, Selasa (14/9/2021).
Kemudahan melakukan transaksi belanja online yang tersedia saat ini, menurut Sandi, memberikan celah bagi oknum penipu dalam menjalankan aksi mereka. Bahkan, jika sudah ketahuan, oknum penipu ini masih akan membuat modus baru untuk calon korban baru mereka.
“Nah alangkah baiknya sebelum kamu membeli produk apapun lewat media sosial, agar lebih waspada,” ujar dia.
Sandi mengatakan, sebagai calon pembeli, setidaknya perlu mengetahui ciri-ciri online shop palsu buatan penipu di Instagram. Pasalnya, kasus penipuan online ini dapat terjadi kapan saja dan dapat dialami siapa saja.
Menurutnya terdapat lima ciri-ciri online shop palsu di Instagram yang paling mudah dilihat, yaitu:
- Harga produk tidak wajar
Jebakan harga murah atau promosi menarik yang tidak wajar merupakan ciri-ciri online shop palsu di Instagram yang paling mudah dilihat. Modus ini biasanya dilakukan oknum penipu agar calon korban lebih mudah tergiur dan tanpa pikir panjang membeli produk di online shop palsu tersebut.
- Followers palsu
Jika faktor harga masih dirasa kurang membuktikan apakah sebuah online shop palsu, lihat followers online shopnya. Untuk melancarkan aksinya, oknum penipu akan melakukan segala cara, termasuk membeli followers palsu untuk menarik perhatian korban. Cara melihat apakah suatu online shop memiliki followers palsu adalah dengan mengecek jumlah komentar dan like di setiap unggahannya. Jika sebuah online shop memiliki followers puluhan ribu namun jumlah likenya hanya belasan orang, berhati-hatilah. Selain itu, untuk mengetahui apakah followers di suatu online shop palsu, cek tanggal bergabung akun Instagram online shop tersebut. Sangat mencurigakan apabila akun yang baru bergabung tetapi sudah memiliki banyak followers.
- Kolom komentar dinonaktifkan
Ciri-ciri penipu online shop di Instagram yang berikutnya adalah kolom komentar unggahannya yang dinonaktifkan. Alasan terbesar mengapa online shop menonaktifkan kolom komentar mereka adalah adanya komentar buruk yang ditulis korban-korban sebelumnya. Untuk menghindari kedoknya terbongkar, oknum penipu memilih menonaktifkan kolom komentar.
- Testimoni dan rekening mencurigakan
Testimoni pembeli yang mencurigakan menjadi salah satu ciri-ciri penipu online shop di Instagram. Testimoni palsu biasanya menggunakan bahasa yang berlebihan tanpa penjelasan pengalaman secara rinci. Selain itu, foto dan kalimat testimoni yang tercantum terlihat tidak asing karena sama persis dengan yang dimiliki toko lain. Selain testimoni, rekening yang mencurigakan juga menjadi ciri penipuan lainnya. Anda perlu mengecek rekening yang digunakan penjual secara online melalui website-website yang menyediakan layanan ini. Di website ini akan muncul laporan mengenai rekening tersebut, termasuk ada atau tidaknya laporan penipuan dari korban sebelumnya.
- Feed tidak menarik
Ciri-ciri penipu online shop di Instagram yang terakhir adalah feed yang tidak menarik. Para penjual yang memang serius mengelola tokonya tentu akan menampilkan feed terbaik mereka. Dengan feed yang menarik, penjual berharap dapat menarik perhatian calon pembeli. Setidaknya untuk membuat pembeli tertarik mampir dan melihat-lihat produk di toko mereka.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, dan tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan empat pilar utama, yaitu Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).
KOMENTAR
0